Ibu Roni: Pak, pak, kenapa itu Roni?
Bapak Roni: Anu... Anu Bu. Biasa lahhh... efek grogi. Eh, Apa jangan-jangan, gara-gara semalam kebanyakan minum jamu sehat bugar ya Bu? (Bapak bicara dengan nada membisik).
Ibu Roni: Aiiishhh... Ada-ada saja bapak ini. Sudah tahu anak mau perang badar, kok masih sempat-sempatnya disuplemen dosis tinggi. Untung saja tidak disuruh minum jamu kuat sebelum akad.
Bapak Roni: Hehehe... (Nyengir sembari menunjukkan gigi Kuda, yang putihnya karena produk endrose).
Sesaat kemudian, Roni datang dengan sedikit membungkuk melewati sela-sela keluarga yang duduknya melingkari meja akad.
Penghulu: Sudah siap segalanya ya, Mas? Silakan tarik nafas dulu mas, supaya nanti tidak salah ucap pas ijab qobul.Â
Roni:Siap, pak. (Ketusnya, sembari berusaha keras menanggalkan kecamuk rasa yang kian membuncah tidak karuan).
Sat-sit-set, penghulu dengan lancar membimbing tiap rangkaian Fardu dalam akad nikah. Hingga sampailah waktunya Roni mengucapkan qobul.
Roni: "Saya terima nikah dan kawinnya Ayunda Dewi binti bapak Samad dengan mas kawin seperangkat alat salat, uang Rp. 200.000,- dan emas batangan 50 gram dibayar ngutang."
Penghulu: "Lohhh..Mas, siapa itu Ayunda Dewi? Lagian, ini beneran mahar nikahnya ngutang?"
Roni: "Waduh... Ma'af pak saya salah sebut nama. Ayunda Dewi mantan saya. Habisnya nama depannya sama si pak. Nah, kalau maharnya ngutang, itu keceplosan pak. Maklumlah pak, ini musim paceklik. Bansos saja dikorupsi pak."