Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ngelmu

27 November 2018   09:31 Diperbarui: 27 November 2018   16:38 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya memahami kegelisahan Pak Haji." kata Ustadz Marzuki.
"Sebagai orang tua, kita masih punya kewajiban mengingatkan anak kita tentang pemahaman agama. Jangan sampai kita terlambat dan anak kita terjerumus ke pemahaman agama yang salah." Kata ustad Marzuki.

"Kalau seperti itu sudah menyimpang Pak. Saya yakin itu sudah keluar dari ajaran Islam." Kata H. Maulana langsung saja berkomentar tanpa dipesilahkan terlebih dahulu.     

"Saya memahami pendapat H. Maulana. Tapi sebaiknya kita tanya dulu kepada Somadnya langsung agar kita tidak salah paham."
"Saya setuju ustadz. Sebaiknya saya panggil saja anakku Somad untuk menghadap."

"Ngapain juga kita panggil Somad. Ini jelas-jelas pemahaman Islam yang menyimpang dan bahkan masuk kelompok kafir!" Kata H. Maulana suaranya keras menahan emosi.

"Kita lihat dalam sejarah. Al-Hallaj dihukum mati karena pemahaman seperti itu. Syeikh Siti Jenar juga begitu. Mau minta penjelasan seperti apa lagi?" Kata ketua DKM itu.    

"Sabar Pak Haji. Tahan dulu emosinya. Saya tahu pemahaman Islam seperti ini dalam sejarah Islam, termasuk di negeri ini, mengalami sejarah kelam. 

Kita semua tahu bagaimana karya-karya Hamzah Fansuri diberangus karena dianggap mempunyai pemahaman wahdatul wujud ini. Tapi kita sebaiknya dengar dulu penjelasan Somad." Kata Ustadz Marzuki menenangkan.

Somad pun akhirnya datang ke masjid setelah marbot masjid menjemputnya.

 "Ananda Somad. Saya dengar dari Ayanda bahwa Ananda belajar ilmu makrifat, apakah benar?" Ustadz Marzuki memulai pembicaraannya.

Somad yang duduk bersila menghadap Pak Ustadz, ayahnya dan H. Maulana itu merasa dirinya sedang disidang atau bahkan diintrogasi di tempat itu.

"Benar Pak Ustadz." Somad menjawab pendek.  
 "Benarkah Ananda belajar tentang wahdatul wujud atau manunggaling kawula gusti?"
"Saya belajar tentang hakikat hidup, Ustadz."
"Apakah Anda belajar bahwa Tuhan itu mewujud dalam diri manusia atau manunggaling kawula gusti?" Kata H. Maulana nadanya keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun