Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ngelmu

27 November 2018   09:31 Diperbarui: 27 November 2018   16:38 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuhnya polos tanpa baju, telanjang dada. Telinga kirinya bersumping untaian bunga surengpati. Untaian bunga berbentuk usus ayam rangkap tiga, bentuk margasupana melingkar di lehernya seperti halnya orang yang jadi pengantin.

Somad duduk bersila, khusuk, di selembar tikar yang terbuat dari daun pandan yang di atasnya dihamparkan kain putih tujuh lembar dan ditaburi bermacam-macam bunga. Di empat sudut ruangannya diberi tumbuh-tubuhan.

Di depan Somad tersaji srikawin yang terdiri sejumlah uang koin yang diletakan di dalam bokor dengan semprotan minyak wangi yang menyengat wanginya dan kemenyan beberapa butir. Wadah itu ditutup dengan kain putih. 

Di sampingnya tergeletak dua sisir pisang raja, daun sirih muda segar, setangkai buah pinang serta kembar mayang sejodoh yang ditempatkan di wadah  lain yang juga ditutup dengan selembar kain putih.

Malam semakin larut. Ketika jarum jam menunjukan ke arah angka 12 Somad bersila memantapkan duduknya menghadap ke arah matahari pulang. Kemenyan dibakar, asapnya membumbung memenuhi ruangan itu.

 Baunya menyebar merayapi sela-sela ruangan. Telinga kiri Somad diasapkan lalu ke hidung dan akhirnya dada dan kemudian seorang tua berbadan kurus dan bertutup kepala seperti udeng-udeng memberi wejangan disaksikan empat orang laki-laki paruh baya yang seilmu.        

***

Somad masih berusia sangat muda untuk ukuran orang yang mempelajari ilmu kemakrifatan. Umurnya masih sekitar 35 tahun. Tetapi umurnya tidak menghalanginya untuk bersikeras ngelmu. 

Ia tidak pernah lelah mencari dan mencari guru atau mursyid yang bersedia menerima dirinya dan mengantarkannya untuk mengenal lebih dalam tentang hakikat hidup.

Ia bertanya kepada orang yang dikenalnya tentang seorang guru yang mengajarkan hakikat kehidupan. Tidak sedikit teman-temannya memberi tahu nama dan alamat orang itu. Ia menemui dan berbicara tentang apa yang diinginkannya. 

Namun dari sekian orang yang ditemuinya belum ada guru yang menggugah hatinya untuk belajar kepadanya. Ia pun terus mencari dan mencari guru yang diharapkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun