Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ngelmu

27 November 2018   09:31 Diperbarui: 27 November 2018   16:38 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,

tauhid ma'rifat semata-mata.

hapuskan hendak sekalian perkara,

hamba dan Tuhan tiada berbeda.

Pikiran Somad tidak bisa berhenti. Ia berputar terus seperti memori komputer yang sedang dinyalakan. Ia memikirkan bagaimana manusia sebagai makhluk bisa menjadi perwujudan dari Dzat yang Maha Suci. Ia juga berpikir memang manusia terdiri dari wujud wadag yaitu tubuh atau badan dan wujud lembut yaitu ruh yang tidak bisa dilihat dan diraba yang ditiupkan Tuhan kepada manusia. Apakah ruh yang ditiupkan kepada manusia itu adalah ruh Tuhan? Kalau manusia meninggal bukankah ruhnya yang lepas dari badan? Pikiran Somad melayang kemana-mana.

Setelah kembali ke rumah, pikiran Somad masih terus berputar. Akhirnya ia tidak tahan menendam sendiri. 

Ia ceritakan pengalamannya ngelmu ilmu hakikat hidup itu kepada ayahnya, H. Karim. Ia ceritakan dari awal sampai akhir lengkap dengan kegelisahan-kegelisahan pikirannya. 

Ayahnya merasa khawatir dengan kondisi anaknya. Ia sangat khawatir anaknya terseret terlalu jauh kepahaman keislaman yang tidak umum dengan masyarakat. 

Ia pun ceritakan keadaan anaknya itu kepada ustadz Marzuki selepas shalat Isya. Kebetulan disitu juga ada H. Maulana, ketua DKM masjid itu.     

"Ma'af ustadz, saya ingin menyampaikan kekhawatiran tentang anak saya, Somad. Beberapa bulan ini ia pergi ke Jawa untuk mempelajari ilmu makrifat katanya. Menurutnya, manusia itu perwujudan dari Dzat yang Maha Kuasa yaitu Tuhan atau sering kita dengar dengan istilah manunggaling kaula gusti. Saya sangat khawatir anak saya tersesat ustadz."

Ustadz itu mangguk-mangguk. Sementara H. Maulana terlihat mukanya tegang mendengarkan perkataan H. Karim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun