Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ngelmu

27 November 2018   09:31 Diperbarui: 27 November 2018   16:38 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berwudhu, Somad kembali duduk bersila menghadap ke barat. Di depannya orang tua kurus yang jenggotnya terlihat  memutih itu mulai berbicara.

"Somad, anakku, mari kita mulai proses belajar kita. Sebelumnya, saya ingin memberitahumu, bahwa ilmu yang akan Ananda pelajari ini bukan sembarang ilmu. Ini adalah ilmu leluhur peninggalan para wali. Ilmu gabungan dari delapan ilmu yang sangat luar biasa. Jadi..."

Orang tua kurus itu berhenti bicaranya dengan melihat ke sekeliling ruangan yang mirip blandongan yaitu bangunan terbuka tanpa dinding. Hanya sejumlah tiang-tiang yang terpancang menyangga bangunan itu. Seakan-akan ia takut ada orang lain yang ikut mendengarkan. Setelah ia anggap aman. Tak ada orang lain selain mereka yang ada di ruangan itu. Lalu ia melanjutkan.  

"orang yang belajar ilmu ini bukan sembarang orang. Ia adalah orang pilihan yang memang pantas untuk mendapatkan ilmu ini."   

Orang tua berpakaian hitam-hitam itu berhenti bicaranya, tangannya mengambil butir-butir kemenyan dan menaburkannya di tempat kemenyan. Asapnya mengepul lagi memenuhi ruangan itu. Baunya berlari sembunyi di lubang-lubang hidung orang yang hadir di tempat itu. 

"Somad, anakku. Ilmu ini merupakan ilmu gabungan dari ilmu-ilmu yang diajarkan oleh delapan wali ternama di Jawa. Yaitu Sunan Parapen, Sunan Darajat, Sunan Ngatasangin, Sunan Kalijaga, Sunan Tembayat, Sunan Padusan, Sunan Kudus dan Sunan Geseng."

Somad terlihat memperhatikan dengan khusuk wejangan laki-laki kurus yang telah menjadi gurunya itu. Angin malam sepoy menabrak tubuhnya yang telanjang. Ia tak sedikit pun goyah. Ia kokoh bagai batu karang. Dadanya yang berisi, pundaknya yang bidang dan urat-uratnya menyembul memperlihatkan badannya yang terurus dengan baik.

"Anakku Somad. Dulu, para wali yang mengajarkan ilmu ini terpisah-pisah." Laki-laki dengan kepala  ditutupi kain itu melanjutkan pembicaraannya.

"Ada yang mengajarkan ilmu makrifat saja, ilmu kekebalan, ilmu patah dan sebagainya. Kemudian, Kyai Ageng Muhammad Sirullah menyusunnya menjadi satu ajaran yang lengkap."

Di luar, rembulan telanjang bulat yang membuat cahayanya tumpah ruah mengguyur bumi.
Orang-orang yang duduk di bangunan itu tampak terlihat meskipun tidak terlalu jelas.   

"Somad, anakku. Inti semua ajaran ini adalah cara bagaimana menemukan rahasia ilmu ghaib tentang hakikat hidup. Agar menjadi baik hidupnya, selamat dari awal sampai akhir. Selamat dunia akhirat. Bukan ilmu untuk jago-jagoan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun