Menyerang Kebudayaan Orang Tiongkok
Selain mensensasionalkan "ancaman" anggaran pembelanjaan militer Tiongkok. Barat bahkan telah menyerang dan menuduh dengan kampanye hitam, bahwa Tiongkok mempromosikan budayanya.
Media asing melaporkan bahwa pada tanggal 5 Maret, waktu setempat, Senator Florida Marco Rubio mengatakan bahwa Institut Konfusius yang didanai pemerintah Tiongkok adalah salah satu kegiatan Tiongkok untuk "menyusup" ke AS, dan dia secara terbuka meminta empat universitas dan satu sekolah menengah atas di negaranya mengakhiri kerja samanya dengan Institut Konfusius.
Beberapa media melaporkan bahwa Barat sering menggarisbawahi bahwa Institut Konfusius sebagai "sharp power/kekuatan tajam" Tiongkok. Sebelum ini, para ahli AS pernah menyusun dokumen yang mengecam Tiongkok , mengklaim bahwa Tiongkok menggunakan alat "soft power" untuk menggunakan "sharp power/kekuatan tajam," "Dan bahwa Institut Konfusius mengganggu kebebasan akademis.
Akhir tahun lalu, "The Economist" menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa "kekuatan tajam" Tiongkok adalah pisau tajam yang dapat "menembus benteng budaya, dan mengubah nilai-nilai Barat," dan "bukti" ini dimasukan dalam daftar negatif termasuk juga Institut Konfusius.
Dengan "sharp blade/pisau taja," maka masuklah babak baru retorika "ancaman Tiongkok" yang tiba-tiba meningkat di negara-negara Barat seperti AS dan negara-negara Eropa.
Apa yang dimaksud dengan "sharp power"? beberpa analais melihat bahkan mereka sendiri tidak mengenalnya. Saat ini, mereka pertama-tama menggantungkan tanda di leher Tiongkok, dan kemudian menemukan cara untuk meverifikasi arti dari tanda ini.
Kenyataannya, mereka masih dalam proses membentuk kekuatan apa itu "sharp power". Mereka perlahan-lahan menciptakan hal ini, dan menggantungkan tanda ini di leher Tiongkok untuk membuat orang percaya hal ini.
Meskipun "sharp power" itu istilah baru, namun setelah diciptakan mulai dikagumi dan digunakan. Istilah ini pertama muncul pada bulan Desember tahun lalu, dalam sebuah laporan dari Endowmen for Democracy yang berbasis di AS yang berjudul "Sharp Power: Rising Authoritarian Influence."
Tapi tidak seperti konsep pujian seperti "soft power" dan "smart power", "sharp power" tidak memiliki arti yang baik. "Soft power"berarti menggunakan daya tarik dan nilai-nilai budaya untuk meningkatkan kekuatan negara yang sebenarnya, sementara "sharp power" mengacu pada pemerintahan otokratik untuk memaksa dan memanipulasi pikiran orang asing/luar.Â
Dengan ramuan dan penyempurnaan dari "sharp power," sebuah konsep "infiltrasi Tiongkok" telah muncul juga.