Dana Rohrabacher, Mantan Ketua Sub-komisi DPR AS untuk Pengawasan dan Penyelidikan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS, mengatakan: "Kita mempunyai musuh, musuh itu adalah Tiongkok."
Banyak analis melihat akar penyebab pendapat mereka tentang Tiongkok itu datang dari teori "keruntuhan Tiongkok" dan "ancaman Tiongkok" yang terus mereka dengunkan sejak RRT/Tiongkok tumbuh setelah Reformasi dan Keterbukaan (yang dicetuskan Deng Xiaoping).
Pada saat itu, Barat memiliki teori "akhir dari sejarah/end of history" dan percaya bahwa Tiongkok pasti akan ditaklukkan oleh Barat. Tapi setelah, serangkaian ahli melihat pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang pesat, dan percaya bahwa Tiongkok tidak dapat menanggung risiko pertumbuhan ekonomi yang cepat, dan pasti akan runtuh.
Pada tahun 2008 dan 2009, ketika ekonomi global mulai menurun, hanya ekonomi Tiongkok yang mengalami pertumbuhan yang cepat. Sepuluh tahun setelah krisis, Tiongkok tidak hanya mempertahankan pertumbuhan seperti sekarang ini, kemampuan industrinya telah naik tingkat lebih tinggi. Dalam sepuluh tahun terakhir, kemampuan manufaktur Tiongkok sebenarnya benar-benar tumbuh dengan sangat cepat.
Dalam kenyataan, kemampuan ekonomi Tiongkok berkembang dengan sangat cepat. Hal-hal ini semua terkait dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi, dan tingkat infrastruktur mereka yang telah mendukung pertumbuhan ekonominya. Tiongkok tidak hanya menjaga kecepatan, tapi kualitasnya tetap terjaga. Dan Tiongkok bahkan meningkatkan kualitasnya. Hal ini telah membuat teori "keruntuhan Tiongkok" runtuh dengan sendirinya.
Sebenarnya, dalam proses pembangunan ekonomi Tiongkok yang pesat, Barat telah dipenuhi dengan retorika tentang "keruntuhan Tiongkok," namun adegan-adegan yang telah dibayangkan sebelumnya justru terbalik dari waktu ke waktu.
Tiongkok dalam lebih dari 30 tahun terus terjadi pertumbuhan dan perkembangan, yang membuat teori "runtuhnya Tiongkok" runtuh terlebih dahulu, dan menjadi bahan tertawaan internasional.
Teori demikian telah muncul satu per satu setelah lainnya, pada saat yang sama teori "Ancaman Tiongkok" mulai muncul dan menjadi lazim yang diembuskan AS dan Barat di seantero tempat dan negara-negara sekutu dan lainnya yang rakyatnya kurang cerdas.
Tetapi akar dari teori "Ancaman Tiongkok" ini sebenarnya sudah mulai satu atau dua abad yang lalu, dengan sebutan "Yellow Peril (marah-bahaya Kuning/si kuning penyakitan)." Saat itu, pada masa Dinasti Qing di Tiongkok, rakyat Tiongkok rambutnya masih dikepang, dan gambarnya sering menjadi candaan oleh media Barat. Pada saat itu, Tiongkok sangat miskin, begitu banyak orang Tiongkok yang pergi ke luar negeri bekerja sebagai buruh rendahan di beberapa industri-industri yang tidak begitu terkenal.
Saat itu rakyat Tiongkok sangat besar jumlahnya, sehingga beberapa media dan ilmuwan Barat mengatakan: "Orang-orang kuning ini seperti bencana, membawa bahaya dan akan menjadi bencana bagi negara kita." Ini jelas suatu diskriminasi terhadap bangsa kulit kuning yang mereka sebut "Yellow Peril."
Konsep "Yellow Peril" telah berkembang selama satu atau dua abad, sampai hari ini masih tetap ada. Hal ini telah menjadi rasa krisis atau tekanan dengan kenyataan Tiongkok sekarang yang berkembang maju, sehingga perasaan mereka timbul bahwa ini di masa depan akan mengancam negara-negara mereka.