Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sepak Terjang AS dan Rusia dalam Permainan Intrik Geopolitik

2 Oktober 2017   19:37 Diperbarui: 2 Oktober 2017   21:43 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Militer Suriah telah melewati Sungai Efrat dan mendekati tepi timur. Rusia saat ini terlibat dalam serangan udara termasuk serangan rudal jelajah, dan berkoordinasi dengan militer Suriah untuk merebut kembali wilayah di tepi timur Provinsi Dier ez-Zor. Wilayah  ini akan langsung menentukan siapa yang memiliki  lebih teritorial di era "pasca-ISIS".

Kita telah melihat dengan "ISIS" menderita serangkaian kekalahan. Masalah ini terkait dengan pembangunan kembali pascaperang Suriah. Di satu sisi, dibutuhkan untuk membangun kembali ekonominya, dan di sisi lain mereka akan membangun kembali struktur kekuatan politik, dan ranah ini menjadi ruang untuk kontes masa depan antara Rusia dan AS.

Jika kita melihat masalah Ukraina, kita bisa melihat permainan zero-sum antara AS dan Rusia. Tapi itu tidak terjadi di Suriah. Di Suriah, mereka bersikap kerja sama dan melakukan hubungan saling menguntungkan, hanya masalah siapa yang menang, dan bagaimana mereka bernegosiasi untuk melihat seberapa besar mereka dapat bertahan. Kita perlu memisahkannya. Pada saat bersamaan, situasi ini memiliki batas tertentu dan dalam fase tertentu. Saat ini, begitulah situasinya.

Hubungan AS-Rusia telah terlihat adanya dendam lama yang tidak akan hilang dalam semalam. Permainan geopolitik intrik, pandangan masyarakat AS tentang Rusia, dan isu politik dalam negeri di AS telah bercampur aduk dalam hubungan AS-Rusia hari ini.

Namun, meski ada keserasian antara kedua belah pihak, keduanya sama-sama mencari cara untuk menerobos. Karena itu, beberapa analis percaya bahwa keadaan pertempuran tanpa pertumpahan darah antara AS dan Rusia akan menjadi norma baru, dan dalam norma ini, AS dan Rusia akan mencari peluang untuk meningkatkan chip mereka agar dapat terus bernegosiasi dalam kontes mendatang.

Pada 10 September, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengunjungi Arab Saudi, di mana dia meminta semua pihak untuk melakukan dialog langsung untuk menyelesaikan krisis Qatar. Tidak lama sebelum itu, Lavrov telah mengakhiri kunjungannya ke tiga negara Teluk Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

Di ibukota Qatar Doha, Lavrov mengatakan bahwa Rusia bersedia melakukan upaya untuk mempromosikan sebuah resolusi terhadap krisis tersebut. Seiring perang Suriah secara bertahap terseting, dan krisis diplomatik Qatar terus menjadi masalah, kunjungan Lavrov ke negara-negara Teluk telah menarik banyak perhatian.

Dari perspektif geopolitik, "ISIS" mungkin tidak ada lagi yang tersisa. Di masa depan, ini tidak hanya menjadi masalah Suriah, melainkan juga masalah penataan peta geopolitik Timur Tengah yang menjadi fokus permainan intrik di masa depan antara Amerika Serikat, Rusia, dan kekuatan utama di kawasan ini.

Baik AS maupun Rusia berusaha mendapatkan sebanyak mungkin kartu bagus di tangan mereka, sehingga di meja perundingan dapat digunakan untuk negosiasi masalah Suriah bahkan untuk masalah Timur Tengah secara umum, sehingga mempunyai inisiatif untuk meningkatkan ruang untuk harga permintaan mereka, dan untuk mempertahankan dominasinya di kawasan ini. Kita bisa melihat bahwa sekarang Rusia telah mendapatkan lebih banyak kartu.

Pada 12 September, Presiden Turki Recep Erdogan menegaskan bahwa Turki dan Rusia telah menandatangani kesepakatan untuk pembelian sistem pertahanan rudal S-400, dan Turki telah melakukan pembayaran pertama. Laporan menyatakan bahwa Turki berencana untuk membeli dua sistem rudal pertahanan S-400 dari Rusia dan memproduksi dua sistem rudal ini di Turki dengan nilai perdagangan total 2,5 miliar USD.

Pencapaian kesepakatan ini membuat Turki menjadi anggota pertama NATO untuk membeli dan menerapkan sistem rudal S-400.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun