Dua tiga kali ditariknya senar itu. Namun hasilnya tetap sama. Meski menggunakan kedua tangannya dengan tarikan yang kuat. Senar itu tetap diam tak bergerak dari posisinya.
“Dasar pancing sialan!” umpatnya.
Tiba – tiba….
“Bau apa ini ?” ucap Supardi sambil menyempitkan kedua lubang hidungnya.
Ia berhenti bernapas, berusaha menahannya agar sebisa mungkin bau itu tidak mengobrak – abrik kedua lubang hidungnya yang besar. Ia terpaksa berhenti bernapas sejenak menahan bau, karena kedua tangannya masih sibuk melepaskan tali senar yang tersangkut sesuatu dari dalam kolam.
Dengan emosi, Supardi meletakkan pancingnya di tepian kolam. Meraih tali senar di ujung pancingnya. Menariknya kuat – kuat sambil terus mengumpat bau yang menusuk – nusuk hidungnya.
Makin lama bau itu makin menjadi.
“Amis sekali. Membuatku ingin muntah!” ucapnya sambil terus berusaha menarik senar pancingnya.
Entah sudah berapa menit berlalu, satu persatu orang yang memancing di kolam itu pergi meninggalkannya. Kini hanya tinggal Supardi disana.
Tarikan Supardi menghasilkan sesuatu yang sia – sia. Tak ada hasil selama hampir sepuluh menit.
“Sial benar aku. Daripada begini terus – menerus lebih baik aku potong saja senar ini.”