Centhini segera melepas pelukan ibunya dan berlari mendekati Supardi yang terjerembab ke lantai dengan dada berlumuran darah.
“Kakang, apa yang terjadi padamu…? teriak Centhini ketakutan. Pikiran Centhini seakan kosong. Ia tak memperdulikan sekelilingnya. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah pria yang ada didepannya. Supardi.
Dengan sigap Centhini membopong tubuh Supardi yang lunglai menuju kamarnya.
“Kalian semua tetaplah tenang disini, biar aku yang mengatasi semuanya” ucap Centhini di ruangan itu.
Pelan – pelan mereka berdua berjalan menuju kamar Centhini. Saat mereka mulai menjauh dari ruangan utama kerajaan, Supardi segera memanfaatkan keadaan. Ia mengeluarkan tusuk sanggul kecil yang ia temukan di kamar Centhini. Ia menghunuskannya ke leher Centhini.
“Katakan, dimana pintu keluarnya. Kembalikan aku ke duniaku.” bentak Supardi.
Seketika Centhini tidak kuasa, ia tak bisa menggunakan kekuatan gaibnya untuk melawan Supardi. Karena sumber kekuatannya ada di genggaman Supardi suaminya. Cengkeraman Supardi begitu kuat memegang tangannya. Ia akhirnya pasrah menuruti kehendak Supardi. Mengantarnya menuju gerbang istana Kerajaan Segaran.
“Baiklah, aku akan antar Kakang.” jawab Centhini ketakutan.
Mereka berdua akhirnya pergi keluar istana, tanpa seorangpun tahu. Pembesar istana dan pengawal istana tak ada yang tahu satupun. Bahkan Kosasih. Ibu Centhini.
“Lewat sini Kakang. Ini adalah jalan rahasia. Hanya aku dan ibuku yang tahu. Aku sengaja membawamu kesini karena aku tak ingin kau ditangkap oleh pengawal kerajaan atas perbuatanmu ini. Karena aku masih sangat mencintaimu Kakang Lembudana.” ucap Centhini berurai airmata.
Centhini tak menyangka bahwa penantiannya selama ratusan tahun akan berakhir seperti ini. Cintanya dibalas dengan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan dari orang yang selama ini ia nantikan kedatangannya.