"Jadi ini Nay, alasanmu berbicara soal janji waktu itu."
Naila terdiam
"Nay jawab ... Ini bukan janji Nay, yang kamu katakan itu bukan janji hanyalah perkataan tanpa sengaja. Kamu tega Nay tinggalkan aku karena ini."
"Bukan sembarang Janji Arkan, dari dulu aku diajarkan untuk tidak melanggar janji." Jawab Naila
"Lalu apa Nay ... Ini keputusanmu, kamu akan tetap meninggalkanku. Kamu akhiri hubungan kita yang bahkan tidak pernah ada masalah sebelumnya."
Naila menunduk dan terdiam
"Baik ... Jika kamu masih tetap diam, itu tandanya aku harus pergi. Baik, aku akan kembali ke Jakarta dan benar-benar akan melupakanmu."
Arkan berlalu membawa segenggam pilu, pias matanya nampak ragu akn keputusan yang dibuatnya, tapi lagi-lagi Bali membawa kesan sesak yang begitu retak.
"Nay ... apa yang kamu lakukan. Bukannya saat kamu cerita, kamu ngga bisa berpisah sama Arkan. Ayo Nay jangan memikirkan diri sendiri."
Anne berusaha meyakinkan Naila sebelum Arkan semakin berlalu menjauh
Naila berlari mengejar Arkan
"Arkann!?"
Arkan menghentikan langkahnya dan tetap memunggungi Naila tanpa Jawaban.
"Maaf, Nay salah ... Seharusnya Nay tidak terlalu dalam menanggapi hal ini ... Maaf."
Arkan berbalik ke arah Naila
"Lalu?"
"Nai ikut pulang ke Jakarta." Senyum tipis terbias dibibir Naila
Senyum arkan mengusap kepala Naila, seolah ibi benar-benar keputusan yang di tunggunya.
Kini roda berjalan masih pada arah tujuannya. Tetapi ini berbeda, ada bahagia dari Bali. Bukan soal ingkar janji tetapi soal Kemantapan hati.