Setelah sampai di Universitas yang di maksud Anne, Arkan bergegas ke taman.
Notif pesan berbunyi
"Pak, saya duduk di kursi hijau samping bunga matahari. Saya memakai kerudung abu-abu"
Tanpa membalasnya Arkan langsung mencari tempat yang di maksud Anne.
Nampak gadis berkerudung abu-abu yang duduk di kursi hijau samping bunga matahari. Arkan perlahan mendekatinya.
"Anne?"
Arkan terkaget, wanita yang ia sapa Anne dan duduk di kursi itu adalah Naila.
"Arkan?" Naila kebingungan
"Kenapa Naila yang disini?"
Dari arah belakang terdengar suara langkah kaki.
Arkan dan Naila secara bersamaan menoleh arah belakang.
"Nai ... maksud aku mendatangkan pak Arkan ke Bali, itu untukmu. Kamu jelasin semuanya jangan buat pak Arkan patah karena ulahmu."
Anne menggenggam kedua tangan Naila
"Ngga bisa An." Naila melepas genggaman Anne dan berpaling
"Nai ... Apa yang kamu mau, ini hidup bukan permainan!?"
"Pak ... Saya ceritakan semuanya. Saat bapak kecelakaam hebat didepan Naila, Naila merasa sangat bersalah dan tanpa sadar saat dia berdoa pada tuhan Naila mengucap janji bahwa jika bapak selamat, Naila berjanji tidak akan menemui bapak lagi. Karena Naila tak sanggup jika kehilangan bapak, tanpa sadar Naila mengucap hal itu."
Langkah Arkan mendekat pada Naila, matanya nampak penuh kekecewaan sekaligus amarah.