***
Bel tanda usainya jam perlajaran telah mengaum. Aku dan Rinta yang sedari tadi bersiap-siap pulang, hari ini Rinta janji mau nginap di rumahku. Baru aku hendak pergi, Intan temanku memanggil.
"Prin! Tadi kamu disuruh kepsek ke ruangannya."
"Ngapain?"
"Tau, katanya penting, disuruh cepetan."
      "Temenin yuk, Rin!"
"Nah! Kalau untuk masalah ini. Sorry Prin, aku minta maaf, lagi buru-buru pulang, udah ditunggu mama."
Dasar teman yang tidak bisa diandalkan. Kulangkahkan kaki santai, sementara keadaan sekolah sudah agak sepi. Hanya beberapa saja yang terlihat di beberapa sudut sekolah. Terlihat sudah kantor Kepsek, belum aku sampai tiba-tiba ada seseorang yang menarikku masuk ke suatu kelas. Aku terkejut, pintu kelas langsung ditutup. Orang itu langsung menyandarkanku ke dinding, mencengkeram kedua pipiku. Aku kenal betul orang itu adalah Herman disertai 3 anak geng TM lainnya. Tapi tak kulihat ada Rades.
"Aku peringatkan sama kamu, jangan macam-macam, kamu pikir kamu bisa ngancurin geng TM, hah? Kalau mau hidupmu tenang, jangan banyak tingkah. Kalau bukan karena Rades, kamu sudah aku habisin."
"Beraninya main keroyokan, banci." Entah bagaimana umpatan itu licin begitu saja keluar dari mulutku.
Tak tanggung-tanggung Herman menghantam perutku dengan tangan yang ia kepalkan. Sakit.