Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Trouble Maker (Part 2)

19 Februari 2019   11:53 Diperbarui: 21 Maret 2019   11:53 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kurang ajar kamu, Des. Sudah aku bilang jangan bawa-bawa Prinsa dengan masalah kita." Pekik Radit yang tetiba muncul dari belakangku. Setelah itu aku fikir good choice jika Radit menarik tanganku untuk pergi meninggalkan keramaian.

Saat ini yang sungguh-sungguh aku ingin lakukan adalah berteriak sekeras-kerasnya, hingga suaraku tak tersisa, hingga pita suaraku pecah, hingga habis segala gundah dan gumpalan yang ada di dalam dada. Takdir, kenapa selalu menyisakan tanda tanya besar. Kadang begitu baik, kadang pula begitu kejam. Seperti yang terjadi padaku saat ini. Padahal aku tidak pernah mempermalukan orang, kenapa sekarang justru bertubi-tubi aku dipermalukan oleh Rades. Aku tak faham apa yang sebenarnya ia inginkan. Diantara tangisku itu, Radit hanya duduk diam tanpa kata di sampingku.

"Sudah setengah jam kamu menangis. Apa masih banyak air matamu?" Tukas Radit rendah, namun jelas sekali kata-kata itu menusuk. Radit langsung menarik tanganku dan memelukku erat-erat, erat sekali, sangat erat. "Maaf."

Ajaib, selama ini hampir tidak pernah aku mendengar Radit say pardon kalau dia salah. Rasanya, seperti melayang. Segala kesedihan, segala rasa yang sebelumnya benar-benar memecah kantong air mataku, kini sirna. Saat seperti itulah yang selalu aku rindukan. Dekapan hangat penuh kasih sayang darinya. Sungguh tak ada perasaan aman yang terasa begitu nyaman seperti pelukan seorang Radit, obat mujarap untuk menghentikan tangis cengengku. Aku sendiri bingung, kenapa mataku gampang sekali mengucurkan airmata.

***

            "Prinsa! Aku yakin kalau kamu jadian sama Rades, kamu bakal nyetak rekor. Selama ini aku ga' pernah ngeliat Rades punya cewek. Aku super-super yakin kamu bakal jadi pacar pertamanya."

"Ye......Giman ga'? Pastilah tidak ada cewek yang mau sama dia. Orang kayak setan gitu. Amit-amit, sekalipun didunia ini ga' ada lagi cowok, mending sama kambing deh dari pada ama dia."

Tiba-tiba udara dingin merasuk, merinding. Padahal sekarang masih siang.

"Rin! Kamu ngerasa ada yang aneh, ndak?"

"Aneh gimana?"

"Bulu kudukku pada berdiri ni. Ih......Mrinding, masak iya siang-siang gini ada hantu sih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun