Jusuf Kalla juga merancang, menaikkan Maroef Sjamsudin sebagai Dirut Freeport. Disini kekuatan JK amat lengkap di level regulasi ada Sudirman Said yang berada dibawah kendalinya, dan di level operator ada Maroef Sjamsudin.
Dalam perjalanannya, ada ide untuk menjebak Novanto dan Reza Chalid. Novanto dipandang sangat dekat Luhut dan bisa jadi kekuatan Luhut di Golkar, sementara Reza Chalid jelas melapangkan upaya jalan pembubaran Freeport. Di tingkat opini publik, Petral sebagai "Maenan Reza Chalid" sudah amat jelek di mata masyarakat, sementara di tubuh Pertamina harus siap menerima skema "ala Minyak Libya" yaitu "Penunjukkan Langsung" dimana Concord bermain lagi.
Upaya ini terus dilakukan Sudirman Said dengan melobi berbagai NOC (National Oil Company), untuk siap memasok minyak langsung ke Pertamina lewat penunjukkan langsung. Lobi lobi Menteri ESDM ke Aramco, Kuwait Petro dan banyak NOC, sehingga ada klausul yang diberikan ke Dirut Pertamina, Dwi Sutjipto. Setelah memo turun agar dibentuk "Penunjukan langsung" Dirut Pertamina mendiamkan mau-nya Sudirman Said, kemudian disinilah terjadi silang sengketa di tubuh Pertamina. Dwi Sutjipto sendiri melihat Daniel Purba, direktur ISC sebagai kepanjangan Ari Soemarno, dan tentunya "orangnya Sudirman". Dwi Sutjipto-pun mendapatkan tekanan.
Kisruh Pertamina ini mendapatkan perhatian Presiden, ada info nama Sudirman Said sudah masuk ke daftar perombakan kabinet, karena Sudirman Said "terlalu banyak bermain" dalam soal Pertamina dan mementingkan kelompoknya. Kemudian dilakukanlah manuver untuk menggalang opini publik, yaitu "Rekaman Sudirman Said". Sekali lagi bila dibalik layar rekaman ini dibuka ada peran KPK disitu, dan bisa jadi arus balik penuntutan bisa kena ke KPK, karena KPK terlibat dalam usaha usaha perekaman itu demi kepentingan politik Sudirman Said.
Sudirman Said dan Pertarungannya dengan PLN
Salah satu keresahan besar Presiden Jokowi adalah banyaknya proyek mangkrak di PLN. Namun Jokowi juga sudah membaca para pemain proyek PLN selalu merubungi kekuasaan hanya untuk mendapatkan beslit proyek lalu diperdagangkan. Keresahan Presiden Jokowi ini disampaikan ke lingkaran terdekatnya dan meminta data yang lebih detail lagi soal mangkraknya proyek proyek PLN, lalu ia juga mendapatkan banyak data rinci soal mandegnya beberapa proyek pembangkit listrik yang kemudian menjadi masalah dan membuat jutaan rakyat terutama di luar Jawa tidak menikmati listrik, juga kemudian adanya pasokan supply bahan bakar utamanya solar dan batubara yang dipermainkan.
Jokowi perlu orang yang mampu restrukturisasi PLN, tapi ia belum begitu tau profil profil orang yang tepat. Saat itulah kemudian Rini Soemarno mengajukan orang bernama Sofyan Basir, orang ini adalah yang mampu membesarkan BRI menjadi Bank yang amat disukai jutaan penduduk di wilayah pedesaan dan kota kota kecil.
Presiden Jokowi punya ambisi besar untuk membangun serentak pelistrikan 35.000 Megawatt, ini tugas yang harus dijalankan PLN. Disitu kemudian ada masukan untuk membereskan proyek proyek listrik yang mangkrak.
 Seiring perjalanan waktu, Sofyan Basir melakukan rencana yang efektif yang melakukan pelistrikan penuh di Sumatera. Tiap hari rakyat di Sumatera disajikan pemadaman lampu PLN, sementara listrik di Jawa bersinar terang benderang. Sumatera menurut perhitungan Jokowi adalah pendukung utama ekonomi di Indonesia. Di tiap pesisir kota di Sumatera harus tumbuh kota kota baru yang menunjang perdagangan, kota-kota Sumatera dan wilayah pedesaannya harus terkoneksi dengan sistem perdagangan internasional, untuk itulah listrik diperlukan.
Sofyan Basir meminta Pembangkit listrik di Sumatera Selatan, mengalirkan listriknya ke jaringan Sumatera bukan mengalirkan ke Jawa, hal ini dengan baik diberitakan oleh media investigasi ekonomi "Katadata" soal alasan Sofyan Basir lebih memilih melistriki Sumatera dibanding mengguyuri Jawa lagi soal listrik.
Namun kebijakan PLN itu akan menghajar kroni Sudirman Said di Pembangkit listrik di Pembangkit 8,9 dan 10 Sumatera Selatan, Kelompok Sudirman Said memaksakan listrik dialirkan ke Jawa, lewat kabel bawah laut (HVDC), karena dengan mengalirkan listrik ke Jawa akan mudah.