Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah Calvin Wan, "A Man With The Golden Heart"

27 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 27 Mei 2020   06:09 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih begitu banyak misteri

Walau tanpa teman lagi

'Ku harus mencoba untuk dapat berlari (Yovie and Nuno-Ironi).

**   

Oma yang dimaksud Silvi adalah wanita tua aneh yang tinggal di ujung jalan. Usianya hampir seratus tahun. Namun, ia masih sehat, jalannya belum dibantu tongkat, tatapan matanya tajam, dan pendengarannya sebaik orang berumur empat puluh tahun. Sebagian orang menyebutnya aneh karena Oma selalu mengadakan open house di hari Lebaran. Padahal Oma sendiri tak merayakan hari kemenangan.

Biasanya, orang dewasa tak pernah ikut jika Oma open house. Justru anak-anaklah yang kegirangan. Open house artinya makanan berlimpah: salju kue, hujan es krim, lautan minuman, dan pesta makanan berat.

“Ah, Silvi cucuku. Masuklah, masuklah...bagaimana kabar ayahmu yang tampan itu?” sapa Oma kelewat ramah saat Silvi tiba.

Silvi tersenyum. Menjelaskan kabar Calvin dalam beberapa patah kata. Tak sadar ada seseorang yang mendengus meremehkan di belakang punggungnya.

Sekejap kemudian, Oma telah menggiring Silvi ke meja besar berisi penuh makanan. Beberapa kawan bermainnya berbaris di depan meja. Silvi bergabung dengan mereka, lalu meraih es krim. Makanan manis berbalut coklat dan vanilla itu dimakannya sehati-hati mungkin agar tidak mengotori dress birunya.

Sambil makan, anak-anak itu mengobrol. Mereka membicarakan rencana libur Lebaran, tanggal masuk sekolah lagi, dan semacamnya. Hanya Silvi yang tak ikut membahas jadwal masuk sekolah. Tak perlulah Silvi memikirkan itu, karena dia bersekolah di rumah. Calvin sendiri yang mengajarinya.

Ingatan tentang Calvin merekahkan senyum Silvi. Pikirannya melayang ke rumah. Sedang apakah ayahnya sekarang? Sudah membaikkah kondisinya? Ayahnya tidak terbatuk lagi seperti semalam, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun