Masih begitu banyak misteri
Walau tanpa teman lagi
'Ku harus mencoba untuk dapat berlari (Yovie and Nuno-Ironi).
**
Oma yang dimaksud Silvi adalah wanita tua aneh yang tinggal di ujung jalan. Usianya hampir seratus tahun. Namun, ia masih sehat, jalannya belum dibantu tongkat, tatapan matanya tajam, dan pendengarannya sebaik orang berumur empat puluh tahun. Sebagian orang menyebutnya aneh karena Oma selalu mengadakan open house di hari Lebaran. Padahal Oma sendiri tak merayakan hari kemenangan.
Biasanya, orang dewasa tak pernah ikut jika Oma open house. Justru anak-anaklah yang kegirangan. Open house artinya makanan berlimpah: salju kue, hujan es krim, lautan minuman, dan pesta makanan berat.
“Ah, Silvi cucuku. Masuklah, masuklah...bagaimana kabar ayahmu yang tampan itu?” sapa Oma kelewat ramah saat Silvi tiba.
Silvi tersenyum. Menjelaskan kabar Calvin dalam beberapa patah kata. Tak sadar ada seseorang yang mendengus meremehkan di belakang punggungnya.
Sekejap kemudian, Oma telah menggiring Silvi ke meja besar berisi penuh makanan. Beberapa kawan bermainnya berbaris di depan meja. Silvi bergabung dengan mereka, lalu meraih es krim. Makanan manis berbalut coklat dan vanilla itu dimakannya sehati-hati mungkin agar tidak mengotori dress birunya.
Sambil makan, anak-anak itu mengobrol. Mereka membicarakan rencana libur Lebaran, tanggal masuk sekolah lagi, dan semacamnya. Hanya Silvi yang tak ikut membahas jadwal masuk sekolah. Tak perlulah Silvi memikirkan itu, karena dia bersekolah di rumah. Calvin sendiri yang mengajarinya.
Ingatan tentang Calvin merekahkan senyum Silvi. Pikirannya melayang ke rumah. Sedang apakah ayahnya sekarang? Sudah membaikkah kondisinya? Ayahnya tidak terbatuk lagi seperti semalam, kan?