Diam, hanya diam sebagai respon yang diterima Silvi. Calvin keras kepala di balik sikap tenangnya. Ia lembut dalam penampilan, tetapi teguh dalam prinsip. Diamnya Calvin membuat Silvi meraung kesal. Cepat dikuasainya diri karena ingat ini adalah hari raya.
Sejurus kemudian, Silvi menekuk kedua lutut. Gadis berkuncir ponytail itu berlutut di depan ayahnya.
“Selamat Lebaran, Ayah. Maafin semua kesalahan Silvi, ya.” Setelah berkata begitu, Silvi menciumi tangan ayahnya.
“Ayah juga minta maaf, Sayangku. Ayah belum jadi ayah yang baik untuk Silvi. Masih banyak kurangnya...” lirih Calvin seraya menarik tubuh ramping Silvi ke pelukannya.
Tenggorokan Silvi serasa tercekik. Ia tergugu. Baginya, Calvin ayah terbaik. Ia membalas pelukan ayah baik hati itu. Dengan lembut, Calvin mencium kening anak tunggalnya.
**
Oh, mendung membayangi
Jalan kehidupan yang kulalui
Datang dan datang lagi
Tak jua mau menepi
Yang tersisa padaku