Mula-mula dia membereskan dapur. Tak habis pikir betapa berantakannya tempat itu. Keranjang sampah di sudut penuh sekali. Dibuangnya isinya ke luar rumah.
Kini Ayah Calvin mulai beradaptasi dengan lingkungan baru. Tak masalah tinggal di rumah tanpa asisten rumah tangga. Saatnya menyiapkan sa...
"Apa yang kaulakukan?"
Suara sedingin Brugge di bulan Desember itu menginterupsi kesibukannya. Bunda Manda mendekat. Masih tersisa gurat keletihan dan ada lingkaran sehitam ter mengelilingi kedua mata indahnya.
"Mau sarapan apa, Manda? Biar aku buatkan," Bukannya menjawab, Ayah Calvin malah balik bertanya.
"Nope. Aku bisa siapkan sendiri."
"Apa salahnya memasakkan sarapan untuk istriku? Aku hanya ingin...uhuk."
Ayah Calvin menghela nafas, terbatuk untuk kedua kali. Sesaat ia bersandar ke meja dapur, satu tangannya mencengkeram tepi meja.
Lupa.
Semua keruwetan ini melesapkan ingatan Ayah Calvin. Ingatan tentang anjuran dokter. Ayah Calvin perlu banyak istirahat. Sakit di tubuhnya hanya bisa dilawan dengan istirahat cukup. Sindrom pengentalan darah ini membuat penyintasnya cepat lelah.
Inilah yang ditakuti Bunda Manda. Ia lihat Ayah Calvin muntah darah. Gumpalan kekecewaan dan kemarahan adu kuat dengan bongkahan kecemasan.