Pahit sekali. Hampir muntah Silvi karenanya. Ayah Calvin dihadiahi tatapan mencela dari Bunda Manda.
"Calvin! Obat itu pahit sekali!" sergahnya marah.
"Lebih baik menelan obat pahit atau gagal menelan?" balas Ayah Calvin. Nadanya kalem, tapi kalimatnya menikam sisi finalitas perdebatan.
Bibir Bunda Manda terkatup. Keras kepala, batinnya jengkel. Tersimpan sisi keras kepala di balik kelembutan lelakinya.
"Nah, sekarang Silvi tidur ya. Ayah temani."
Silvi menurut. Menggulung diri dengan selimut bermotif Snow White. Ayah Calvin naik ke ranjang, berbaring di samping putrinya. Mata Bunda Manda berkilat cemburu. Betapa erat ayah dan anak itu. Bisa-bisa posisinya tergeser.
Tak ada lagi yang bisa dikerjakan. Silvi sudah tidur. Pesanan katering tertangani. Sepelan mungkin, wanita berambut indah itu berjalan pergi.
Andai saja Bunda Manda tinggal lebih lama lagi di sana...
Lewat lima menit dari pukul sebelas saat Silvi terbangun. Ia bangun dalam keadaan kacau. Gadis berpiyama soft pink itu berteriak. Teriakannya merobek keheningan malam.
Ayah Calvin ikut terbangun. Ngeri hatinya menjumpai Silvi berteriak sembari memukuli dinding dengan kepalan tangan.
"Silvi mau luka! Silvi mau luka!"