Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lelah ini Milikku dan Milikmu

19 April 2020   06:50 Diperbarui: 19 April 2020   06:59 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa jurus kemudian, Ayah Calvin memeluk Silvi. Ia peluk Silvi begitu erat hingga gadis kecilnya tak dapat bergerak. Terang saja bocah cantik itu makin menggila karena hasrat melukai diri terpenjara.

"Tidak boleh, Sayangku. Silvi tidak boleh terluka lagi." Ayah Calvin melarangnya dengan lembut.

"Ayah jahat! Kenapa Ayah larang Silvi?"

Apakah hal ini sering terjadi? Malam-malam jadi lebih mencekam dengan hadirnya hasrat ingin luka. Ketakutan menyergap hati Ayah Calvin.

Hilang konsentrasi sedikit saja, pelukan melonggar. Silvi leluasa memukuli diri. Ayah Calvin menghela nafas berat, tangannya meremas dada. Sakit, sakit sekali menyaksikan adegan memilukan. Hanya ayah psikopat yang tak hancur kala anak perempuannya menyakiti diri.

"Silvi, kenapa kamu lakukan itu? Tidak boleh, Sayang. Tidak boleh..."

"Karena Ayah!" teriak Silvi ke muka Ayahnya.

Bayang kegagalan melintas. Tertawa mengejek Ayah Calvin. Meniupkan frasa 'ayah gagal' di belakang kepala.

Ayah gagal.

Ayah gagal.

Ayah gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun