Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surga Bukan Perumahan Cluster

22 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 22 Mei 2019   06:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu tahu dari mana, Nak?"

"Silvi liatin foto-foto pernikahan Ayah sama...sama Bunda Sivia."

Saat mengucap dua kata terakhir, tenggorokan Jose terasa sakit. Akhirnya ia tahu siapa Bundanya. Tahu namanya, melihat wajahnya, tetapi tak bisa merengkuhnya.

Menit berikutnya, kemarahan dan kekecewaan Jose tak tertaankan. Anak itu berteriak-teriak menyalahkan sang ayah. Gelas kristal, piring porselen, sendok emas, dan mangkuk perak beterbangan. Jose mengambil garpu, lalu menusukkannya ke tangan kiri. Susah payah Ayah Calvin berusaha mencegah Jose melukai diri.

"Ini..." gumam Ayah Calvin seraya mengulurkan tangan kanannya.

"Lukai saja tangan Ayah. Asal bukan dirimu sendiri."

Srettt...

Tangan Ayah Calvin terluka. Darah menyembur keluar. Jose kecewa, sungguh kecewa.

Tak terdengar sedikit pun erang kesakitan. Tak ada keluhan, tak ada bentakan kemarahan. Ayah Calvin mengobati lukanya sendiri. Sementara itu, Jose menatapnya lekat tanpa menghapuskan rasa sedih dan kecewa.

"Dari dulu Jose tanya tentang Bunda! Tapi Ayah nggak mau jawab! Jose tahunya dari orang lain!" teriak Jose. Kekesalannya tertumpah. Balon kesedihannya pecah.

Pelan-pelan Ayah Calvin mencoba memeluk Jose. Meraih tubuh anak tunggalnya ke pangkuan. Kali ini Jose menurut. Wajah tampannya masih dipenuhi gurat kemarahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun