Sivia
Kepedihan, kepedihan itu merobek-robek hati Jose. Tubuhnya merebah dalam dekapan Ayah Calvin.
"Ayah...nanti kalau kita mati, kita nggak akan ketemu lagi." ungkap Jose pilu, pilu sekali.
"Kenapa Jose berpikiran begitu?"
"Lintasan kita beda, Ayah."
Ayah Calvin mencium kening Jose. Mengusap-usap rambutnya penuh kasih sayang.
"Surga bukan perumahan kluster, Sayang. Bukankah Tuhan Maha Kuasa? Kalau Dia mengatakan kita bisa bertemu, kita akan bertemu lagi. Pintu-pintu itu akan terbuka untuk orang baik yang saling mencintai karenaNya. Bukankah Tuhan itu Maha Cinta, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang? Mudah baginya untuk mempertemukan orang-orang yang saling mencintai di surga. Dan surga tidak terkotak-kotakkan, Sayangku. Tidak seperti keadaan di negeri kita."
Kata-kata Ayah Calvin menyentuh lembut hati Jose. Ia sangat mencintai Ayah Calvin, begitu pun sebaliknya. Hal yang paling ditakutkan Jose adalah waktu. Ia takut, sungguh takut kebersamaan dengan Ayahnya singkat saja. Walau begitu, Jose menyerahkan semua harapannya pada Tuhan dan para malaikat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H