"Terus dimana Bunda, Ayah? Dimana? Kenapa kita nggak tinggal di Bali?!" Jose berseru putus asa, menarik-narik lengan jas Ayahnya.
Ayah Calvin tertunduk dalam. Helaan nafasnya memberat.
"Bundamu sudah tidak ada, Sayang...ini yang Ayah sesalkan."
"Kenapa?"
"Tiga tahun berikutnya, Ayah dan Bunda menetap di Bali. Kami bahagia dengan suasana baru. Cukup lama kami menanti kehadiranmu karena Ayah sakit. Saat kamu lahir, Ayah baru tahu kalau Bundamu menyimpan kesedihan mendalam. Bundamu sangat mencintai Ayah, tapi ia takut terpisah. Bundamu...Bundamu pergi setelah melahirkanmu."
Tidak, ini tidak mungkin. Mengapa Jose baru tahu sekarang? Rasanya sakit, sangat sakit.
Secarik kertas meluncur keluar dari saku jas Ayah Calvin. Jose merebutnya. Ia tahu, itu pasti surat dari Sivia.
Calvin,
Aku menerima, dan tetap memberimu cinta, sekalipun kau tidak bisa memenuhi harapanku. Meski begitu, aku takkan rela bila anak tunggalku tumbuh tanpa mengenal Allahnya. Beri dia nama Jose, seperti nama pendiri MER-C. Nama tengah dan nama belakangnya adalah nama kita berdua. Aku percayakan dia padamu. Besarkan dia seperti anak-anak Muslim dibesarkan.
Kau tahu, Calvin? Ternyata kesedihan mendalam dapat memperpendek umur seseorang.
With love,