Kini hatimu terasa semua lebih sempurna
Karena kau hidup dengan seutuhnya (Adera-Catatan Kecil).
Tak pernah sebelumnya Calvin membayangkan bisa berduet dengan Adica. Calvin tahu diri. Siapakah dirinya dibandingkan Adica yang terkenal dan berbakat?
Siang ini, tangan takdir mempertemukan mereka di panggung yang sama. Sebuah panggung kecil di tengah panti sosial sederhana. Piano Calvin menyentuh rasa. Biola Adica mengalunkan melodi indah.
Lagi-lagi Abi Assegaf yang memintanya. Riskan mereka menolak. Bila orang lain yang meminta, mudah saja mereka menolak. Lain cerita kalau permintaan datang dari Abi Assegaf. Orang yang dicintai, sumber kelemahan sekaligus sumber kekuatan.
Kalau Calvin tahu diri, Adica percaya diri dengan kemampuannya. Sebagai presenter dan violinis, dia sangat pemilih bila menyangkut pasangan kolaborasi. Mana mau dia berduet dengan Calvin yang bukan tipenya?
Anak-anak jalanan, pengamen, tunawisma, dan lansia bertepuk tangan. Sangat terhibur dengan lagu yang mereka bawakan. Kepala panti terbius kekaguman. Abi Assegaf bangga sekali. Adeline tersenyum-senyum, memeluk Adica saat anak semata wayangnya itu turun dari panggung.
Tak ada sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Acara ini telah direncanakan. Makan siang bersama, berdonasi untuk panti sosial, dan menghibur para penghuninya. Semua ini inisiatif Abi Assegaf dan Adeline.
Saat acara makan siang, Calvin dan Adica duduk bersebelahan. Adeline dan Abi Assegaf terpisah dua kursi dari mereka. Calvin leluasa mengawasi Abi Assegaf, memastikan ayah keduanya aman. Tak sadar Adica tengah memperhatikannya.
"Kau membelikan buku Braille untuk Abiku?" tanya Adica datar membuka pembicaraan.
"Iya. Kenapa memangnya?"