"Secepatnya. Dan kamu...harus berhenti main basket."
Tiga kata terakhir terlontar bebas. Sedetik. Tiga detik. Lima detik, Dokter Tian waswas. Bersiap meminjamkan tangannya untuk menenangkan. Tapi...ah, sungguh tegar pemuda ini. Calvin tidak sedih. Sama sekali tak terlihat gurat kesedihan di parasnya.
Raut wajah Calvin tetap lembut, tetap tenang, tetap santun. Murnikah ketegaran? Atau pemaksaan diri untuk terlihat baik-baik saja? Tidak, Calvin tidak begitu. Dokter Tian kenal dia luar-dalam.
Di luar, hujan makin agresif. Lebat, lebat, dan bertambah lebat. Sederas laju kesedihan di sudut hati Calvin.
** Â Â