Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Huruf Braille, Menua Bersama, dan Stop Basket

15 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 15 Februari 2019   06:02 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kini hatimu terasa semua lebih sempurna

Karena kau hidup dengan seutuhnya (Adera-Catatan Kecil).

Tak pernah sebelumnya Calvin membayangkan bisa berduet dengan Adica. Calvin tahu diri. Siapakah dirinya dibandingkan Adica yang terkenal dan berbakat?

Siang ini, tangan takdir mempertemukan mereka di panggung yang sama. Sebuah panggung kecil di tengah panti sosial sederhana. Piano Calvin menyentuh rasa. Biola Adica mengalunkan melodi indah.

Lagi-lagi Abi Assegaf yang memintanya. Riskan mereka menolak. Bila orang lain yang meminta, mudah saja mereka menolak. Lain cerita kalau permintaan datang dari Abi Assegaf. Orang yang dicintai, sumber kelemahan sekaligus sumber kekuatan.

Kalau Calvin tahu diri, Adica percaya diri dengan kemampuannya. Sebagai presenter dan violinis, dia sangat pemilih bila menyangkut pasangan kolaborasi. Mana mau dia berduet dengan Calvin yang bukan tipenya?

Anak-anak jalanan, pengamen, tunawisma, dan lansia bertepuk tangan. Sangat terhibur dengan lagu yang mereka bawakan. Kepala panti terbius kekaguman. Abi Assegaf bangga sekali. Adeline tersenyum-senyum, memeluk Adica saat anak semata wayangnya itu turun dari panggung.

Tak ada sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Acara ini telah direncanakan. Makan siang bersama, berdonasi untuk panti sosial, dan menghibur para penghuninya. Semua ini inisiatif Abi Assegaf dan Adeline.

Saat acara makan siang, Calvin dan Adica duduk bersebelahan. Adeline dan Abi Assegaf terpisah dua kursi dari mereka. Calvin leluasa mengawasi Abi Assegaf, memastikan ayah keduanya aman. Tak sadar Adica tengah memperhatikannya.

"Kau membelikan buku Braille untuk Abiku?" tanya Adica datar membuka pembicaraan.

"Iya. Kenapa memangnya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun