Tepat pada saat itu, pintu gudang terbuka. Calvin melangkah masuk.
"Revan, kau sudah..."
Kata-katanya terhenti. Spontan ia berlutut di samping Revan begitu melihat mata biru pucat itu basah.
"Kamu kenapa?" Calvin bertanya, menurunkan nada suaranya satu oktaf.
Sambil menyeka hidungnya, Revan berujar. "Masih kausimpan benda-benda itu."
"Sepertinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Aku saja tidak mau lagi menyimpannya."
"I see."
Hening sesaat. Revan terus saja menatap nanar atribut Paskibraka itu dengan mata berhujan. Calvin menepuk-nepuk pelan punggungnya.
"Sudah lama berlalu, Revan. Maafkanlah masa lalu, maafkanlah dirimu sendiri." ujar Calvin lembut. Disambuti gelengan kepala Revan.
"Tidak semudah itu! Aku masih tak rela kita gagal jadi Paskibraka hanya karena kita...kita berbeda."
"Mungkin Paskibraka bukan rezeki kita. Allah punya rezeki lain buat kita yang lebih baik." kata Calvin bijak.