Ruangan besar berlangit-langit tinggi ini tak layak disebut pantry. Lebih pantas disebut dapur kotor. Panci, wajan, microwave, kompor listrik, dan peralatan masak lainnya berjajar rapi. Meja dapur dipenuhi makanan. Beberapa jenis makanan tersaji. Salad, sup, nasi goreng seafood, nasi Hainam, rendang, steak, sate, dan Hutspot. Di meja lain yang lebih kecil, terdapat piring-piring keramik berisi cup cake, ketan susu, kroket, klapertart, dan puding.
"Siapa yang masak ini semua?" tanya Revan kagum.
"Coba tebak, siapa?"
"Bukan kamu, kan? Kamu cuma bisa masak Hainam."
Calvin mengangkat alisnya. "Enak saja, ini semua aku yang masak. Kalau tidak percaya, check saja CCTV rumah ini. Semua asisten rumah tanggaku sedang libur."
Mata Revan membulat tak percaya. Ditepuknya punggung Calvin keras-keras. Alhasil yang dipukul berteriak kesakitan.
"Aku baru tahu kamu bisa masak semua ini..." desahnya. Menggosok-gosok mata birunya tak percaya.
"Makanya jangan kudet. Memangnya seumur hidup aku belajar masak Hainam aja? Nggaklah. Aku belajar membuat masakan lainnya."
Revan mengerjapkan mata. Memandangi aneka menu di depannya.
"Buat apa kamu repot-repot memasakkan ini untuk kami semua, Calvin?"
"Hanya untuk menyenangkan kalian. Selagi aku punya waktu."