"Aku bikin bolu pandan kesukaan Julia." Calvin menjawab di tengah kegaduhan kecil itu.
Alis Albert bertaut. "Oh, jadi kamu berpindah hati ke Julia ya?"
"Nggak kok. Mau bikin dia senang aja. Julia kan buat kamu." balas Calvin, tertawa kecil.
"Tuh, dengar! Calvin udah kasih restu! Sana lamar nona cantik!"
Albert jadi terdiam juga mendengar perkataan dua sahabatnya. Melamar Julia? Melamar wanita yang sering bertengkar dengannya?
Tanpa diminta, Revan dan Albert membantu Calvin. Mereka terpengaruh energi positif yang dipancarkan pria Tionghoa yang tak lagi memiliki orang tua itu. Energi baik untuk menyenangkan hati orang lain, energi untuk berbuat baik.
"Ah, aku lupa. Revan, tolong ambilkan oven di gudang." Refleks Calvin menepuk dahinya.
Kening Revan berkerut. Ia menyapukan pandang ke sekeliling. Oven mahal dan canggih lengkap dengan timer teronggok di situ.
"Kamu kayak nggak kenal Julia aja. Dia lebih suka bolu pandannya dipanggang dengan oven biasa. Ambilin dong ovennya, mau kan?" jelas Calvin sedikit tak sabar.
Tanpa kata, Revan meninggalkan pantry. Melangkah mantap menuju gudang.
** Â Â Â