Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Melodi Silvi: Sebuah "Outline", Perlukah?

19 Februari 2018   06:11 Diperbarui: 19 Februari 2018   06:22 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Demi melampiaskan kesedihannya, Calvin menulis artikel. Mengungkapkan betapa sulitnya menjadi seorang ayah. Banyak pembaca yang mensupportnya. Calvin sedikit terhibur membaca dukungan mereka.

Bab 9:

Pagi-pagi sekali, Calvin meninggalkan rumah. Dengan sangat terpaksa ia tinggalkan Silvi hanya bersama asisten rumah tangga.

Hari itu Calvin meninjau langsung supermarketnya. Melihat laporan dan semacamnya. Lalu ia ke rumah sakit. Albert, dokter spesialis Onkologi berdarah Jawa-Jerman-Skotlandia yang telah lama menanganinya, menyatakan jika kondisinya semakin memburuk. Sel-sel kanker bermetastasis ke paru-paru. Ia diingatkan untuk lebih rajin kemoterapi, radiasi, embolisasi arteri, dan hemodialisa. Walau merasa tak ada harapan lagi, Calvin menuruti saran Albert.

Di perjalanan pulang, ia bertekad untuk merahasiakan penyakitnya. Silvi tak boleh tahu. Dibelikannya tiramisu dan boneka Teddy Bear berukuran besar kesukaan Silvi. Bukannya senang, Silvi malah melemparkan boneka ke kolam renang dan menumpahkan tiramisu dengan sengaja tanpa memakannya. Calvin tetap sabar.

Bab 10:

Kondisi penglihatan Silvi terus menurun. Ia tak bisa membaca sendiri. Alhasil Calvin mengajarinya huruf Braille dan membelikannya komputer khusus dengan program screen reader. Sejumlah buku berhuruf Braille dengan harga yang jauh lebih mahal dari buku biasa, ia belikan.

Dengan enggan, Silvi memakai semua fasilitas pemberian ayahnya. Huruf Braille dikuasainya dengan cepat. Calvin pun belajar bersama Silvi. Ia ingin menguasai huruf yang sama dengan yang dikuasai putrinya. Ingin menjadi ayah yang baik, Calvin bertekad memahami Silvi dan dunianya.

Berlembar-lembar kertas mereka habiskan untuk belajar huruf Braille. Silvi mau tak mau menikmati kegiatannya menulis dan membaca Braille bersama Calvin. Sering kali mereka saling menulis surat. Isinya apa saja, lalu mereka akan tertawa saat salah menulis huruf.

Bangga dengan kemajuan Silvi, Calvin memainkan piano dan menyanyikan lagu. Silvi tetap dingin, tapi ia tak menolak sewaktu Calvin memeluk dan mencium keningnya.

Bab 11:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun