Makin lama, supermarket makin sepi. Salah satu penyebabnya gegara perubahan pola belanja yang mulai bergeser dari toko konvensional ke toko online. Di samping itu, staf-staf kepercayaan Calvin kurang terampil menghandel bisnis.
Online shop mulai digemari. Bisnis retail kian sepi. Calvin resah. Kondisi tubuhnya pun tak bersahabat. Silvi mulai menangkap kesedihan ayahnya. Terlihat dari tulisan-tulisan Calvin di blognya yang ia baca sembunyi-sembunyi.
Bab 16:
Kekhawatiran Calvin memuncak. Bisnisnya terus mengalami kemunduran. Tak ingin mengambil risiko, Calvin pun menerima tawaran Revan untuk mengajar di universitasnya. Agar ia memiliki pemasukan tambahan dari tempat lain.
Gajinya sebagai dosen tak sebanding dengan penghasilannya mengelola perusahaan. Karena senang mengajar dan berinteraksi dengan mahasiswa, Calvin toh menikmati pekerjaannya. Dengan cepat ia menjadi akrab dengan semua mahasiswa di jurusannya. Popularitas Calvin sebagai dosen favorit perlahan menggeser dosen-dosen lainnya. Kini ia bahkan dipercaya menjadi dosen pembimbing akademik. Ada beberapa mahasiswa yang berada di bawah tanggung jawab perwaliannya.
Apa yang ditakutkannya tak terjadi. Jadwal mengajarnya cukup longgar. Dalam seminggu, ia memadatkan jadwal mengajarnya menjadi dua hari. Alhasil lima hari sisanya, ia sempurna tetap milik Silvi.
Bab 17:
Kampus dihebohkan dengan dosen killer yang memberi nilai D dan E untuk satu kelas di salah satu angkatan semester 5. Para mahasiswa menangis, mereka tak tahu harus berbuat apa. Mereka pun mendatangi Calvin dan mengadukan masalah itu. Melihat mereka resah dan menangis, Calvin tak tega. Ia berjanji akan membantu mereka sebisanya.
Dicobanya berkomunikasi dengan dosen killer itu. Tak berhasil. Si dosen enggan menarik keputusannya. Berbagai pendekatan telah Calvin lakukan untuk membuatnya berbaik hati.
Akhirnya, Calvin mengambil jalan tengah. Dimintanya daftar nama mahasiswa yang mendapat nilai D dan E. Kemudian dibicarakannya hal itu pada kepala departemen, Dekkan, dan Rektorat. Usaha Calvin berhasil. Si dosen killer mendapat sangsi, dan nilai para mahasiswa yang tidak sebanding dengan usaha serta kemampuan mereka, diinput kembali dengan perubahan yang lebih baik.
Di rumahnya, Silvi mengetahui semua yang dilakukan ayahnya. Ia terkesan. Ia terharu pada kebaikan sang ayah. Setelah kasus itu diselesaikan, beberapa mahasiswa datang ke rumah dan berterima kasih pada Calvin. Saat mereka membawakan hadiah kecil untuk Calvin dan Silvi, pemberian itu ditolak dengan halus. Calvin ikhlas membantu mereka. Ia pun memahami kondisi keuangan mahasiswa yang tak semuanya baik.