Hari Jumat ini tak biasa. Calvin membangunkan Silvi lebih pagi, lalu memintanya membantu menata makanan ke dalam kotak. Ada lima belas kotak makanan yang tersedia. Silvi keheranan, dan bertanya-tanya. Ia turuti saja perintah ayahnya tanpa kata.
Setelah semua makanan di dalam kotak selesai ditempatkan, Calvin dan Silvi pergi berdua. Calvin menyetir mobil sambil menjelaskan pada Silvi tentang kebiasaan Jumat Berbagi. Suatu kebiasaan lama dalam keluarga yang ingin dilakukannya kembali. Kali ini Silvi tak bisa menutupi rasa kagumnya.
Mulailah mereka berbagi makanan pada orang-orang yang membutuhkan. Silvi menyaksikan pemulung, penarik becak, dan penyapu jalan tersenyum menerima kotak-kotak makanan yang dibagikan. Kebahagiaan menular dengan cepat. Silvi ikut bahagia.
Jumat-Jumat berikutnya, Silvi selalu antusias berbagi. Ia bahkan tak ragu mengingatkan malam sebelumnya. Jumat berbagi, satu kegiatan yang sangat disukai Silvi. Satu kegiatan yang mau tak mau harus menyatukannya dengan ayahnya.
Bab 12:
Imlek tiba. Keluarga besar berkumpul. Tamu-tamu lainnya berdatangan. Lagi-lagi Silvi jadi bahan pembicaraan. Mereka meragukan Silvi benar-benar anak Calvin.
Silvi menangis. Dia sedih dan marah. Disalahkannya Calvin berulang kali. Calvin dan keluarga besar berusaha menenangkan, hasilnya nihil.
Kebencian Silvi pada Calvin naik ke permukaan. Ia mengingat lagi kesalahan besar Calvin yang telah meninggalkannya dalam keadaan lumpuh dan nyaris buta. Calvin minta maaf. Diulanginya lagi penjelasannya. Ia tak bermaksud berbuat begitu. Silvi semakin marah dan menjauhi Calvin.
Bab 13:
Menulis tak lagi berguna untuk melampiaskan kesedihan. Calvin shalat Tahajud, lalu pergi ke villa. Berniat menenangkan diri. Sementara Silvi dijaga asisten rumah tangga dan ketiga sepupunya.
Villa itu menjadi tempat pelarian dan kesedihannya. Calvin terbaring tak bergerak, tak bergerak, tak bergerak. Ia memakai jas hitam, cerminan kesedihannya. Lama sekali Calvin berbaring tak bergerak. Tenggelam dalam kesedihan dan keputusasaan.