Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Melodi Silvi: Sebuah "Outline", Perlukah?

19 Februari 2018   06:11 Diperbarui: 19 Februari 2018   06:22 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bab 7:

Calvin senang Silvi mau belajar lagi. Diajarinya putri tunggalnya itu dengan sabar. Silvi heran mengapa ayahnya tetap sabar ketika ia berpura-pura bodoh dan sengaja menjawab soal-soal yang diberikan dengan asal. Calvin hanya tersenyum. Ia katakan kalau Silvi sebenarnya anak yang pintar.

Selesai belajar, Calvin menulis artikel seperti biasa. Kemudian dicobanya mengajak Silvi makan di luar. Awalnya Silvi tak mau. Barulah ia mengangguk setelah dibujuk berulang kali.

Perjalanan ke restoran cukup menyenangkan. Calvin memutar lagu-lagu kesukaan mereka di mobil. Kebetulan Calvin dan Silvi menyukai musik yang sama. Bahkan mereka bernyanyi bersama.

Di restoran, beberapa pengunjung melempar pandang aneh ke arah mereka. Beberapa di antara mereka berbisik. Membicarakan ketidakmiripan Calvin dan Silvi. Calvin yang berkulit putih dan bermata sipit, Silvi yang berwajah Indo dan bermata biru.

Penglihatan Silvi tak begitu jelas lagi lantaran Retinopati. Akan tetapi ia bisa merasakan reaksi negatif orang-orang di sekitarnya. Silvi menangis, lalu meminta mereka pulang segera setelah makanan di piring mereka habis. Calvin berusaha menghibur Silvi. Tidak berhasil.

Ia lanjutkan penghiburannya di rumah. Calvin merengkuh Silvi, memainkan piano, dan menyanyikan lagu favorit mereka berdua. Masih Berharap dari Isyana Sarasvati, Calvin bawakan dengan piano dan ia nyanyikan dengan sempurna. Dihiburnya hati Silvi. Silvi tak perlu mendengarkan ucapan orang-orang. Ia hanya perlu tahu dan percaya, kalau Calvin sangat menyayanginya.

Bukannya terhibur, Silvi memberontak melepaskan pelukan ayahnya dan melajukan kursi rodanya secepat mungkin ke dalam kamar. Calvin berusaha mengejar, namun tertahan karena rasa sakit di ginjalnya. Silvi terlanjur masuk kamar dan membanting pintu, sehingga tak melihat ayahnya kesakitan.

Bab 8:

Kian besar kebencian Silvi pada Calvin. Ia sangat membenci ayahnya. Calvin merasa bersalah. Berulang kali dikatakannya bahwa ia sangat mencintai Silvi. Ia berjanji takkan meninggalkan Silvi lagi.

Silvi membentak Calvin. Mempertanyakan alasannya meninggalkannya selama empat tahun. Calvin jelaskan bahwa ada masalah di cabang supermarket yang dikelola keluarga besar. Ia perlu banyak waktu untuk mengatasinya. Penjelasan Calvin tak dapat diterima Silvi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun