Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Mengapa Kau Begitu Baik Padaku?

7 Januari 2018   05:51 Diperbarui: 7 Januari 2018   08:25 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kak Calvin...nekat banget sih! Harusnya Kakak istirahat aja!" Syifa memprotes, memukul-mukul pelan lengan kakak sulungnya.

Mendengar protes si bungsu, Calvin tertawa kecil. Mengelus rambut adiknya. Di belakang mereka, Adica bertelekan pingggang dengan gaya angkuhnya. Mendelik marah, jengkel setengah mati dengan Calvin.

"Bisa nggak sih...sehari aja, kamu jangan bandel?" geram Adica.

"Maaf Adica...tapi meeting hari ini sangat penting."

"Kan ada aku dan Syifa. Kami bisa handel semuanya. Kamu istirahat saja di rumah. Minum obat teratur, jangan tidur terlalu malam, nulis, manjakan Silvi, atau apalah. Jangan ke kantor dulu. Lihat hasil kemo kemarin, kan?"

Syifa melepas pelukannya. Bergeser sedikit, lalu menginjak kaki Adica dengan high heelsnya. Refleks si anak tengah berteriak kesakitan.

"Syifa, kamu apa-apaan sih!" Adica membentak Syifa.

Seringai kecil bermain di bibir Syifa. "Biar Kakak diam. Jangan rusak suasana dong. Kak Calvin kan pekerja keras. Pengusaha sukses dan keren. Nggak kayak Kakak...bisnisnya setengah-setengah."

"Syifa Ann, awas kamu ya!"

Seperti biasa. Selalu saja begini. Calvin tersenyum-senyum saja, sementara Syifa berlindung di pelukannya lagi, takut Adica akan membalasnya.

**      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun