Calvin mengakhiri bacaannya, menutup buku. Wajahnya bertambah pucat. Kedua tangannya terasa dingin. Bibirnya pun mulai memutih. Nampaknya kondisi Calvin benar-benar drop.
"Wow, kamu pintar banget sih bikin orang penasaran! Cool!" puji Silvi antusias.
"Iya. Biar istriku yang cantik ini penasaran."
Ginjalnya terasa sakit. Sakit sekali. Calvin tak tahan lagi. Sejurus kemudian ia beranjak bangkit dari ayunan.
"Hei, where are you going?" tanya Silvi.
"Aku mau istirahat. Bye, My Lovely Silvi."
Dengan kata-kata itu, Calvin melangkah meninggalkan Silvi. Ingin sekali Silvi mengejarnya, memeluknya dari belakang. Bertanya ada apa, namun tak bisa. Ingin menyusul ke kamar tidur, sama tak mungkinnya. Kamar Calvin adalah privasi, sangat tertutup untuk istrinya sekalipun. Menikah bukan berarti mereka tidur satu kamar. Seperti kesepakatan di awal, Calvin tidak akan "menyentuh" Silvi. Aneh dan sulit diterima orang lain, tapi begitulah janji pra pernikahan mereka.
Memainkan ayunannya dengan gelisah, Silvi merasakan kebahagiaan bercampur kekhawatiran. Khawatir Calvin kenapa-napa. Calvin selalu mengatakan dirinya baik-baik saja, tapi Silvi tak pernah yakin. Pastilah ada sesuatu yang disembunyikan.
Mungkinkah ini hanya dalih saja? Jangan-jangan Calvin diam-diam lebih suka menghabiskan waktu dengan teman wanitanya di luar sana dari pada bersama Silvi. Apakah Calvin benar-benar beristirahat atau sibuk merajut perselingkuhan terlarang? Jika benar-benar ingin beristirahat, mengapa jauh lebih awal dari biasanya? Apakah Calvin sakit lagi? Apakah sel-sel Hipernefroma berulah lagi hingga membuatnya tak kuat berlama-lama membacakan buku dan menemani Silvi? Sungguh, Silvi ingin sekali tahu apa yang sebenarnya terjadi. Calvin suaminya, satu-satunya pria yang begitu dekat dengannya selama setengah tahun terakhir. Sejak setengah tahun yang lalu, Silvi tak pernah dekat dengan pria mana pun lagi selain Calvin. Entah Calvin dekat dengan wanita lain atau tidak. Silvi terlalu takut mengetahui kenyataannya, sebab Silvi sangat pencemburu.
Hati Silvi resah. Dipegangnya tiang ayunan erat-erat, berbagai tanda tanya berkejaran di benaknya. Satu pertanyaan terbesar: mengapa Calvin begitu baik padanya? Mengapa Calvin sebaik itu padanya? Pernah Silvi tanyakan, Calvin malah tak tahu jawabannya.
"Aku juga tidak tahu, Silvi. Seperti ada yang menggerakkan hatiku untuk melakukannya...itu saja."