Silvi menghambur ke arahnya, memeluknya, dan terisak-isak. Seperti efek kejut listrik. Calvin balas memeluk Silvi, masih menutupi sisa-sisa keterkejutannya.
"Maaf, Silvi. Ada rapat penting di kantor. Maaf ya? Tapi sekarang aku sudah kembali...seluruh waktuku, untukmu lagi." ucap Calvin lembut.
"Kamu membuatku cemas!" seru Silvi, mengentakkan kakinya ke lantai.
"Maaf...aku salah lagi ya?"
Sepertinya Calvin belum terbebas dari guilty feeling. Kini ia terlihat sedih. Hati Silvi tersentuh. Ia tak tega.
Satu jam kemudian, Calvin dan Silvi duduk bersisian di taman belakang. Duduk mesra di ayunan sambil menikmati sore yang indah. Bukan sekadar menikmati rupanya. Calvin tengah membacakan Ayat-Ayat Cinta 2 untuk istrinya. Silvi mendengarkan dengan seksama. Ia senang sekali mendengarkan suaminya bercerita. Suara bass Calvin begitu khas. Ambitusnya paling rendah, lebih rendah dari tenor dan bariton. Namun tetap tak kehilangan kekhasannya.
Calvin tipe suami saleh dan tampan luar-dalam. Ia mau duduk di sini, menghabiskan waktunya  di sini, hanya membacakan buku untuk Silvi. Terlebih Calvin bukan penyuka novel romance. Demi Silvi, ia mau membacakan buku itu dan menikmatinya. Entah, Calvin pun tak mengerti mengapa bisa begini. Seperti tergerak saja. Seakan ada yang menggerakkan hatinya untuk terus mencintai dan menyayangi Silvi. Membacakan buku itu salah satu bentuk cinta Calvin.
Sementara Silvi terus mendengarkan. Mata birunya tertuju pada wajah tampan suaminya. Hatinya trenyuh. Kesejukan mengalir di jiwa, berbaur dengan tanda tanya. Calvin selalu ada, menemaninya seharian, mencurahinya perhatian, membacakannya buku, dan bersikap sangat lembut. Calvin suami luar biasa. Kesediaannya menikahi wanita macam Silvi saja sudah menjadikan dirinya pria istimewa. Lain dari pada yang lain. Calvin bersabar dalam menghadapi dan menyayangi Silvi. Ia jaga, dampingi, dan cintai Silvi setulus hati. Takkan ia bagi cinta itu pada wanita lain. Satu kata yang biasa Silvi gunakan untuk memuji Calvin: adorable.
Di mata Silvi, Calvin adalah story teller yang baik. Ini pengalaman pertama Calvin membacakan buku dan bercerita untuk orang lain. Pengalaman pertama sudah cukup bagus.
Ada sedikit yang ganjil hari ini. Kata-kata indah yang dibacakannya tetap berkali lipat lebih indah. Namun, beberapa kali Calvin terhenti di tengah bacaannya. Calvin berhenti untuk menarik nafas. Sekali-dua kali ia menundukkan wajah, terlihat letih dan menahan rasa sakit. Menutupinya sebaik mungkin, Calvin tak ingin sang istri mengetahui kelemahannya. Terlihat kuat dan tegar di depan Silvi, itulah yang Calvin inginkan.
"Innalillah...itu adalah Brenda."