Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (7)

6 Desember 2017   05:52 Diperbarui: 6 Desember 2017   06:18 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**     

Beberapa hari berikutnya, harapan Silvi terkabul. Sore itu ia baru saja tiba di rumah. Seminar nasional di Badan Bahasa yang diikutinya membuatnya letih. Namun keletihan gadis blasteran Sunda-Inggris itu terbayar seketika dengan kehadiran seseorang: Calvin.

Ya, Calvin menjemputnya. Silvi benar-benar dibuat kaget oleh kedatangan Calvin. Semula, dikiranya Calvin datang menjemput Clara. Ternyata tidak. Calvin datang untuk Silvi.

"Dinner?" ulang Silvi tak percaya. Harapannya menjadi nyata.

"Iya. Kita dinner. Kamu mau makan apa?" tanya Calvin, melempar senyum simpatiknya.

Tubuh Silvi gemetar. Bukan karena takut, tetapi gugup bercampur excited.

"Bagaimana kalau pasta?" Suaranya tak lebih dari bisikan.

"Pasta? Okey, ada tempat bagus dan recomended di dekat sini."

Kedua kaki Silvi terasa berat seakan digantungi barbel ketika memasuki kamarnya. Bersiap-siap, memilih baju. Mempertimbangkan dress apa yang akan dipakainya. Begitulah Silvi yang anggun dan cantik. Dia punya style sendiri. Terlebih salah satu side job-nya selain penulis adalah model. Tiap kali modeling, baju yang diperagakannya adalah dress.

Gugup luar biasa, gadis cantik itu sengaja mengulur waktu. Memastikan dirinya cukup cantik sebelum beranjak keluar kamar. Ia ingin tampil sempurna di depan Calvin Wan.

Di ruang depan, Calvin tengah berbincang dengan Nyonya Atikah. Sikap Nyonya Atikah tak sedingin sebelumnya. Ia jauh lebih percaya pada Calvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun