Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (7)

6 Desember 2017   05:52 Diperbarui: 6 Desember 2017   06:18 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan, Silvi mulai memakan fettucininya. Merasakan kelezatannya. Selama menikmati fettucini, tak puas-puasnya Silvi memandangi Calvin. Begitu besar rindunya ia pada pria kelahiran 9 Desember itu. Sejak keluar dari rumah sakit, Ccalvin terlihat jauh lebih tampan. Dua kali lebih tampan dari sebelumnya. Lebih banyak tersenyum dan tertawa lepas. Itu semua karena Silvi, bukan karena Clara. Silvi bahagia, sungguh bahagia.

Sakit di matanya ia hiraukan. Walau sudut matanya mulai berair, namun ia tahan. Tak ingin dirusaknya atmosfer kehangatan ini.

Tanpa diduga, Calvin mengulurkan sehelai tissue. Paham jika saat itu Silvi memerlukannya.

"Matamu berair, Silvi." kata Calvin lembut.

Sendok itu diletakkannya. Ganti mengusap matanya, hatinya kembali berat oleh kekhawatiran dan perasaan tak enak. Ia telah banyak merepotkan pria penyabar itu. Lihatlah, Calvin meraih sendok yang tadi diletakkan Silvi dan menyendokkan lagi Fettucini untuknya.

Setengah jalan kembali menikmati fettucininya, perhatian Silvi teralih seketika. Ada yang merusak nuansa bahagia itu. Calvin terbatuk. Darah mengalir dari mulut dan hidungnya. Mata Silvi melebar ketakutan. Belum pernah ia lihat kondisi Calvin seperti itu. Apa yang telah terjadi?

"Calvin, are you ok?" lirih Silvi. Ia bergerak cemas di kursinya. Hati kecilnya tergerak untuk memeluk dan menepuk punggung Calvin. Namun ia takut salah. Sungguh, ia tak bisa melihat blogger super tampan yang dikasihinya itu sakit.

Tetesan darah terjatuh ke atas meja. Cepat-cepat Calvin menyekanya.

"I'm ok..." Cukup dua kata yang terucap, namun bernada menenangkan.

Si gadis bermata biru memejamkan mata. Ia sudah hampir menangis. Amat takut Calvin kenapa-napa.

"Kamu...kamu tidak sakit, kan?" Silvi merendahkan suaranya, terlihat makin khawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun