"Tanya apa, Silvi?"
Dua pasang mata bertemu. Tatapan Calvin tak hanya lembut. Melainkan hangat menenteramkan. Membuat Silvi nyaman karenanya.
"Kamu yakin soal single parent adoption itu? Sudah kamu temukan anak yang bisa kamu adopsi?"
"Aku yakin. Soal anak, belum kutemukan. Tapi akan segera kucari. Kamu mau bantu? Kamu mau ikut aku mencarinya?"
Mata Silvi berbinar bahagia. Benarkah tawaran ini untuknya?
"Tentu saja...aku pasti bantu kamu!" Silvi tak dapat menahan nada antusias dalam suaranya.
"Okey. Kita akan cari begitu semuanya sudah siap."
"Calvin, kamu hebat. Kamu kuat dan tegar. Aku yakin kamu pasti akan mendapatkan kebahagiaan suatu saat nanti."
Giliran Calvin yang tersenyum. Satu tangannya terulur, membelai rambut Silvi. Hati gadis itu bergetar hebat. Aliran darahnya bertambah cepat.
"Aku tidak hebat, Silvi. Hanya ingin menjadi ayah angkat yang baik." Calvin berujar lembut, kini memegang kedua tangan Silvi.
Listrik ratusan volt bagai menyerbu tubuh Silvi. Tidak, mengapa jadi begini? Tetiba ia berharap Calvin segera keluar dari rumah sakit. Agar dirinya bisa mengulang kembali momen-momen indahnya bersama Calvin. Tanpa siapa pun yang mengganggu, hanya mereka berdua.