"Kamu tahu apa artinya ini? Jika rasa itu hadir, akan ada dua hati yang tersakiti."
Kata-kata Clara menenggelamkan Calvin dalam lautan penyesalan. Tidak, mengapa harus ada lagi kekecewaan cinta? Bukan salah mereka rasa ini hadir. Bukan keinginan mereka menghadirkan rasa itu dalam hati satu sama lain.
"Clara, bagaimana jika pada akhirnya kita nekat tetap menyatukan rasa itu? Tanpa peduli pada halangan di sekitar kita?" Calvin memberanikan diri bertanya, selembut dan sehati-hati mungkin.
Si wanita Aries kelahiran 16 April menggelengkan kepalanya kuat. Satu, dua, tiga, empat tetes air matanya kembali jatuh. Kali ini Calvin bergerak lebih cepat. Diraihnya pundak Clara. Didekapnya psikolog cantik itu erat. Ya, Calvin Wan benar-benar telah berani memeluk kekasih adiknya sendiri.
"Sudah kubilang, akan ada dua hati tersakiti jika kita berani menyatukan rasa di dalam hati kita." isak Clara. Hati wanita penyuka binatang itu, yang semula begitu kuat, kini runtuh oleh air mata. Seorang Clara Carolina jarang menangis. Bila ia sampai menangis, berarti urusan ini teramat penting baginya. Baru kali ini ia menangis karena cinta. Tanpa disadari, si blogger super tampan bernama Calvin Wan itu telah menempati sebagian besar relung hatinya.
"Apakah kita hanya bisa diam? Salahkah bila psikolog dan kliennya saling jatuh cinta?" tanya Calvin, rupanya masih belum terpuaskan.
"Tidak, tidak salah. Situasi kitalah yang salah. Aku sudah punya Adica. Sebenarnya, menyakiti Adica tak begitu bermasalah bagiku. Tapi...ini ada hubungannya dengan Silvi, adikku satu-satunya. Aku tak mau menyakitinya."
Wangi Blue Seduction Antonio Banderas berpadu dengan wangi Bath & Body Works. Pelukan Calvin bertambah erat. Di luar kemauannya, beberapa kali ia mendaratkan kecupan di puncak kepala wanita itu. Membelai hangat rambut Cclara.
"Kamu sangat menyayangi Silvi. Aku tahu itu. Sudah banyak yang kamu korbankan untuknya. Kudengar, kamu rela menunda berkarier selama setahun demi mendampingi dan menjaga Silvi. Kamu mengorbankan waktumu, dari pagi sampai malam untuk Silvi saat awal-awal dirinya masuk universitas. Kamu rela tidak ikut organisasi para alumni, padahal kamu termasuk cantik, pintar, dan populer hanya karena kamu ingin memberi waktu untuk adikmu itu. Iya kan?"
Clara mengangguk lemah. "Bagaimana kamu tahu semua itu? Bbukan dari Silvi, kan?"
"Bukan. Aku menyelidikinya sendiri."