"Take care," kata Adica cemas.
"Bye Adica." balas Calvin datar, lalu menutup pintu mobil.
Range Rover putih itu melaju meninggalkan halaman rumah. Satu tempat destinasi pengemudinya: taman. Tak sabar ingin segera tiba di sana. Seorang wanita cantik yang telah mencuri hatinya telah menunggu.
Mengapa Calvin seantusias ini? Hanya karena bertemu psikolog cantik yang mencoba mengobatinya. Namun, Clara bukan sekadar psikolog. Ia lebih dari itu di hati Calvin.
Menaikkan kecepatan mobilnya, Calvin teringat Clara. Biar bagaimana pun, Clara kekasih Adica. Wanita yang sangat dicintai adiknya sendiri. Tak semestinya bunga-bunga cinta bersemi. Siapakah yang bisa mencegah berseminya cinta? Tidak ada. Cinta itu anugerah, datangnya dari Illahi. Cinta tak pernah salah.
** Â Â Â
Ku tak tahu apa yang terjadi
Seperti mimpi yang tak pernah kuharap
Kini berakhir tak seperti yang kumau
Memulai bersama hingga maut memisahkan kita
Tak akan pernah hilang janji-janji kita