Hanya Silvi yang tahu. Clara baru saja bertemu Calvin. Itulah yang membuat hatinya gundah sejak tadi. Clara begitu sering bertemu dan berkomunikasi dengan Calvin akhir-akhir ini. Sejak Calvin dekat dengan Clara, segalanya seakan berubah. Calvin jarang mencari Silvi. Silvilah yang lebih dulu mencarinya. Seakan Calvin tak lagi menginginkan Silvi di dekatnya.
Kecewa dan cemburu memenuhi hati Silvi. Sakit hatinya karena Calvin berubah setelah dekat dengan Clara. Asumsinya benar. Bila Calvin telah menemukan wanita yang ia cintai, Silvi akan ditinggalkan dan dilupakan. Sakit sekali dilupakan oleh orang-orang terdekat.
Apa yang ditakutkan Clara terjadi. Bila perasaan terlarang itu hadir, akan ada dua hati yang tersakiti.
Notifikasi penanda Whatsapp di smartphonenya berbunyi. Cepat-cepat Clara membukanya. Chat dari Calvin. Sejenak membacanya, ia berpikir-pikir dan mengetikkan balasan. Setelah itu ia memegang jemari tangan Silvi.
"Silvi, kita ke PHD yuk." ajak Cclara.
"Ikut! Mau makan pizza jugaaa!" seru Intan dan sepupu-sepupu lainnya sebelum Silvi sempat menjawab. Sukses dihadiahi tatapan tajam Clara.
"Siapa yang mau ajak kalian? Aku mau ajak Silvi aja kok. Ayo."
Tanpa menunggu jawaban, Clara menarik tangan Silvi. Meninggalkan ruang tamu, berjalan ke halaman dimana sedan putihnya terparkir. Silvi menurut. Tak berkata apa-apa.
** Â Â Â Â
Ternyata bukan sekadar makan pizza biasa. Firasat Silvi benar. Pastilah ada maksud lain. Pria berwajah oriental yang sangat tampan itu telah menanti. Tersenyum menawan pada Clara dan Silvi.
"Calvin?" sapa Silvi senang, sudah lama tak bertemu pria yang telah ia anggap seperti kakaknya sendiri.