Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dapatkah Menebus Rasa Bersalah?

31 Oktober 2017   05:58 Diperbarui: 31 Oktober 2017   06:00 1641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Calvin Wan? Mau apa lagi dia?" selidik Wahyu, ketidaksukaan menepi di wajahnya.

"Aku tidak tahu. Tapi aku takut, Mas Cinta. Rasa bersalah itu masih membekas. Masih kuingat kekasarannya. Caranya memarahiku."

Wahyu tersenyum penuh pengertian. Mengelus rambut panjang Calisa.

"Nikmati saja. Mungkin ini pertanda dari Tuhan, agar kamu membuka hati. Mungkin Tuhan ingin kamu punya pasangan." Susah payah Wahyu menekan rasa sentimennya pada Calvin. Ia tak menyukai Calvin, tapi egonya mesti dikesampingkan.

"No way...aku tidak mau. Okey dia memang baik dan penyayang, tapi...aku tidak akan melupakan perbuatannya." tolak Calisa frustrasi.

"I see. Kudengar, kamu sampai melakukan Cognitive Behavior Therapy untuk menolong dirimu sendiri. Jalan satu-satunya adalah menikmatinya."

Sejurus kemudian, Wahyu menuntun Calisa ke sofa. Mendudukkannya, lalu membuatkan teh untuk gadis itu. Calisa mengerjapkan mata. Earl Grey, minuman favorit yang mengingatkannya pada Calvin.

"Bantu aku, Mas Cinta. Bantu aku menebus rasa bersalahku." pinta Calisa.

Seraya menghempaskan tubuh di sofa sebelahnya, Wahyu bertanya lembut. "Apa yang bisa kubantu, Young Lady?"

"Aku tak bisa lagi memberikan waktu dan perhatianku untuk Calvin dan Goldy. Tapi, mungkin aku masih bisa memberi waktu dan perhatian untukmu sebagai gantinya. Izinkan aku melakukannya. Setidaknya untuk mengurangi rasa bersalahku. Aku akan senang jika diizinkan melakukannya. Mau kan, Mas Cinta?"

Ada kelembutan di mata Calisa. Seberkas harapan terlihat pula. Hati Wahyu luluh. Sekali lagi, diusapnya rambut Calisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun