Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dapatkah Menebus Rasa Bersalah?

31 Oktober 2017   05:58 Diperbarui: 31 Oktober 2017   06:00 1641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lima tahun telah berlalu. Kini kankernya sudah memasuki stadium lanjut. Derita kian bertambah, Calvin tetap tabah menerimanya.

Kesakitan sudah menjadi hal biasa. Pagi ini, dosis kesakitannya jauh lebih besar. Sedetik. Tiga detik. Lima detik...

Prang!

Bukannya berhasil diambil, gelas kristal itu jatuh dan pecah. Air serta tablet obat tumpah. Di saat bersamaan, Calvin memuntahkan darah segar. Ia tertegun menatap darahnya sendiri. Bisa-bisanya ia memuntahkan darah sebanyak itu.

"Daddy Calviiiiin.....!"

Seorang anak kecil berteriak. Shock melihat darah dan pecahan gelas di lantai kamar. Anak laki-laki berwajah tampan itu tak lain Goldy.

"Goldy Sayang..." Calvin bergumam lirih. Ingin memeluk putra tunggalnya, namun tak berdaya.

Sungguh, Calvin tak tega melihat air mata meleleh di pipi anak itu. Jarang sekali Goldy menangis. Ia lebih banyak tersenyum dan tertawa bahagia. Apa pun Calvin lakukan demi membahagiakan anak satu-satunya.

Kini, Goldy menangis karena dirinya. Calvin sedih dan menyesal. Kian kuat keinginan untuk mengusap air mata anak lelakinya, memeluknya, dan menenangkannya. Akan tetapi, ia tak berdaya. Sungguh tak berdaya.

Teriakan Goldy menebar kepanikan di seluruh rumah. Nyonya Lola dan Tuan Rio berlari menaiki tangga ke lantai atas. Disusul putra-putri mereka yang lain, Adica dan Syifa. Melihat apa yang terjadi, mereka terkejut seketika.

"Rio, ayo cepat! Calvin harus segera mendapat penanganan di rumah sakit!" teriak Nyonya Lola panik, air mata membasahi wajah cantiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun