Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dapatkah Menebus Rasa Bersalah?

31 Oktober 2017   05:58 Diperbarui: 31 Oktober 2017   06:00 1641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa kabar?" tanya Calvin. Ia menundukkan wajah, tak sanggup menatap mata Calisa.

"Baik..." jawab Calisa pelan.

Kecanggungan tercipta. Keheningan berlalu dengan menyakitkan. Calvin dan Calisa merasakan beratnya saat-saat itu. Bekas luka lama kembali terbuka.

"Aku selalu membaca buku-bukumu..." ungkap Calvin setelah terdiam sesaat.

"Thanks."

Bibir Calisa bergetar. Banyak hal yang ingin ia katakan. Semuanya hanya tertahan di dalam hati. Ia takut dan segan melakukannya. Ia lihat Calvin dengan mata kepalanya sendiri. Calvin Wan, pria super tampan di masa lalunya. Tetap tampan walau sakit keras. Sinar matanya tetap sama, kelembutan dan kesabaran dalam raut wajahnya tak berubah.

Lalu, anak lelaki di belakang kursi rodanya itu. Tak salah lagi, dia pastilah Goldy. Anak itu makin tampan. Mirip sekali dengan ayah angkatnya. Teergugah hati Calisa untuk bertanya kabarnya, tapi rasa takut dan segan mengalahkan segalanya.

Ketakutan itu berpadu dengan rasa bersalah. Calisa baru saja patah hati. Dia tak mau lagi membuka hati untuk orang lain, tak terkecuali untuk Calvin. Terlebih Calvin sering menyakitinya di masa lalu. Memarahinya, membentak-bentaknya, berbuat kasar padanya. Memupuk rasa bersalah. Membuat Calisa merasa bersalah di setiap waktu. Seolah waktu dan perhatian Calisa selalu kurang.

Takkan pernah ia lupakan betapa kasarnya Calvin saat itu. Calisa merasa marah, frustasi, tertekan, dan sedih. Bayangan masa lalu sulit terhapus di hatinya. Lewat masa lalu kelamnya dengan Calvin, ia belajar satu hal. Waktu adalah cara untuk mempertahankan kelangsungan suatu hubungan. Itulah sebabnya Calisa selalu memberi waktu dan perhatian untuk orang-orang yang disayanginya, sesibuk apa pun dia.

"Permisi, aku harus pergi." pamit Calisa, buru-buru berbalik meninggalkan Calvin. Tak tahan lagi di dekat pria tampan berwajah pucat itu lebih lama.

"Calisa, tunggu!" panggil Calvin, namun sia-sia saja. Calisa mempercepat langkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun