"As a brother? Ok. Tapi, panggilannya jangan berubah ya. Aku tidak mau menggunakan panggilan sayang peninggalannya si Calvin jelek."
Kelegaan menghangati hati Calisa. Ia menyesap Earl Greynya, tersenyum bahagia.
"Yes. Paling tidak, rasa bersalahku berkurang. Thanks a lot, Mas Cinta. Love you."
"You're wellcome. Love you too. Sudah, habiskan tehnya. Aku harus kembali bekerja."
Satu belaian terakhir ia berikan. Setelahnya, Wahyu beranjak kembali ke ruang kerja.
Calisa terenyak. Diakuinya Wahyu cukup baik. Namun Calisa masih sulit percaya. Ada yang meyakinkan Calisa, bahwa banyak orang yang mencintainya. Banyak orang menyayangi Calisa. Sayangnya, mata hati Calisa tertutup untuk menerima cinta kasih. Ia lebih senang hidup sendiri.
Akankah terjadi perubahan setelah pertemuannya dengan Calvin? Berhasilkah Calisa menebus kesalahannya? Sungguh tidak enak, hidup dikejar-kejar perasaan bersalah.
** Â Â Â
Pertemuan dengan Calisa membuat hatinya terguncang. Begitulah Calisa yang sekarang. Lebih cantik, lebih anggun, namun jauh lebih dingin. Segera saja ia mengambil iPadnya. Mencari tahu banyak hal tentang gadis pengisi masa lalunya. Banyak hal yang tidak ia ketahui. Kini ia perlu mencari tahu.
Begitulah Calvin. Senang memperhatikan orang dari jauh. Ia berbakat jadi secret admirer. Secara tiba-tiba memberi perhatian pada seseorang yang dikagumi, walau orang itu tak perlu tahu siapa dirinya. Cukup berada di balik layar.
"Mas Cinta? Siapa lagi ini...?" Calvin bergumam pada dirinya sendiri, terpana melihat foto-foto dan artikel Calisa.