Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Calvin, Calisa, dan Cinta Masa Kecil Mereka

27 Oktober 2017   06:13 Diperbarui: 27 Oktober 2017   08:28 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Istriku pengertian sekali."

Calvin mendekatkan wajahnya pada Calisa. Jantung Calisa berdetak dua kali lipat lebih cepat. Ia dapat merasakan ketampanan Calvin dari dekat. Tak hanya ketampanan di luar, melainkan pula ketampanan di dalam. Mengapa Calvin Wan begitu tampan? Senyumnya, tatapan matanya, lekuk sempurna di wajahnya, semuanya benar-benar memesona. Ditambah lagi kesabaran, kebaikan, dan kelembutan hatinya. Ccalvin memikat di mata Calisa. Amat bersyukur dirinya bisa mengenal lelaki setulus itu.

"Jaga dirimu baik-baik. Sampaikan salamku untuk keluargamu. Have a nice day, My Lovely Calisa."

Setelah berkata begitu, Calvin mencium kening Calisa. Lagi-lagi bahasa cinta, pikir Calisa bahagia. Dirinya dan Calvin punya beberapa kalimat khusus yang rutin mereka ucapkan setiap hari. Dari luar, terdengar seperti kalimat biasa. Tapi itulah bahasa cinta mereka. Have a nice day salah satunya. Hanya Calvin dan Calisa yang memahami makna bahasa cinta mereka.

**         

Lantai rumah itu kotor luar biasa. Tumpahan tepung dimana-mana, coklat berserakan, ceceran saus, dan lelehan keju mendominasi. Calisa menghela napas. Tak mengerti dengan jalan pikiran Nyonya Lidya. Dalam hitungan jam, lantai yang semula bersih mendadak sangat kotor akibat insiden kecil. Bagaimana cara membersihkannya sebelum acara dimulai?

"Calisa Sayang, sini... jangan pedulikan lantai yang kotor. Kamu letakkan parsel-parsel ini di depan, okey?" Nyonya Lidya berseru panik. Menarik lengan putri bungsunya ke depan meja marmer.

"Tapi Ma, lantainya..."

"Sudahlah. Biar diurus yang lain. Tolong kamu pindahkan ini ya?"

Terpaksa Calisa menurut. Baru saja selesai memindahkan parsel yang akan dibagikan pada para tamu undangan, sebuah mobil memasuki halaman depan. Dua orang wanita cantik turun dari mobil. Wanita berhidung mancung dengan pakaian dan hijab modis. Wajah dan bentuk hidungnya membuat ia sering kali dikira orang India. Dialah Sarah Paramitha, kakak pertama Calisa. Wanita kelahiran 25 Maret yang cerdas dan bertanggung jawab. Terlahir sebagai anak pertama membuatnya paling diharapkan keluarga. Harapan terbesar sebagai penerus keluarga ada di tangan Sarah. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini akan segera menikah dengan seorang enginer berdarah Melayu-India.

Wanita di samping Sarah, jauh lebih tinggi darinya, tak kalah memesona. Dengan rambut sepundak, wajah oriental, dan ekspresi yang dingin namun cantik memikat, dialah Clara Carolina. Tatapan matanya tajam sekaligus merebut hati banyak orang. Pembawaan dan raut wajah seperti itu jelas membuatnya mudah menarik hati banyak pria. Sama seperti Calisa, Clara penyuka binatang. Bedanya Calisa lebih menyukai kucing, sedangkan Clara penyuka berbagai jenis kelinci dan hamster. Ia memelihara hamster dan kelinci di rumahnya dengan penuh kasih sayang. Walau sikapnya dingin, namun ia perhatian dan hangat pada orang-orang yang dicintainya, begitu pula pada hewan-hewan peliharaannya. Banyak pria mengejar-ngejarnya, namun wanita Aries kelahiran 16 April itu masih sendiri. Ia enggan menjalin hubungan serius dengan pria mana pun sebab masih ingin menikmati hidup. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa alumni Universitas Padjadjaran secantik dan sepopuler Clara justru tetap single.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun