"Tadi pagi Mama baca tulisan terbarumu. Bagus sekali, Nak. Tulisan tentang asuransi kesehatan bisa memotivasi para pembacanya untuk mempersiapkan risiko yang mungkin terjadi di masa depan."
Hati Calvin trenyuh. Mamanya selalu memperhatikannya, sekali pun ia sedang sakit. Nyonya Lola memantau Calvin dari jauh, lewat artikel-artikelnya. Tubuhnya memang lumpuh. Namun ia masih bisa mengakses web media citizen journalism itu dengan tab.
Mulailah Calvin merawat cinta pertamanya. Ia telaten dan sabar merawat Nyonya Lola. Tak kalah piawainya dengan dua suster di luar pintu kamar ini. Calvin memandikan Nyonya Lola. Memakaikannya baju, memotong kukunya, menyisir rambut Nyonya Lola, menyuapi, membantu minum obat, dan membersihkan seprai, selimut, serta tempat tidur. Ada saja rintangan kecil yang dihadapi, namun Calvin tetap lembut dan sabar.
"Muntah lagi? Sebentar, Ma. Efek kemo kemarin ya?" Calvin berujar lembut. Membersihkan sisa muntahan Nyonya Lola.
Jijik? Sama sekali tidak. Calvin tak pernah keberatan melakukannya. Ini sudah menjadi tugasnya. Menjadi anak yang baik dan ikhlas berbakti pada orang tua. Merawat cinta pertamanya. Sama seperti Nyonya Lola yang merawatnya saat ia sakit.
"Oh, ternyata baju Mama kotor juga. Calvin ganti ya?"
Hati-hati Calvin melepas pakaian Nyonya Lola. Dibukanya lemari besar di sudut kamar, mulai mencari pakaian bersih yang nyaman dipakai. Beberapa kali Nyonya Lola menolak baju-baju yang dipilihkan Calvin. Tak ingin mengenakan pakaian berwarna cerah. Nyonya Lola lebih suka berpakaian hitam. Calvin menuruti kemauan sang Mama. Orang sakit terkadang lebih sensitif. Butuh kesabaran ekstra untuk merawat orang sakit. Calvin mampu merawat Nyonya Lola dengan penuh kelembutan dan kesabaran.
Letih tak lagi ia rasakan. Tubuhnya sendiri yang tak bisa dikatakan sehat pun sama sekali bukan alasan untuk berhenti merawat Nyonya Lola. Dua tahun Nyonya Lola lumpuh total, Calvin tidak pernah lelah merawatnya. Tidak mengeluh sedikit pun.
"Calvin, maafkan Mama." Di luar dugaan, Nyonya Lola menangis. Air mata membasahi pakaiannya yang baru diganti.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Ma." kata Calvin menenangkan. Untuk kedua kalinya memeluk Nyonya Lola.
"Mama sudah tidak berguna. Mama hanya bisa menyusahkanmu..." Nyonya Lola terisak.