Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Calvin, Calisa, dan Cinta Masa Kecil Mereka

27 Oktober 2017   06:13 Diperbarui: 27 Oktober 2017   08:28 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tadi pagi Mama baca tulisan terbarumu. Bagus sekali, Nak. Tulisan tentang asuransi kesehatan bisa memotivasi para pembacanya untuk mempersiapkan risiko yang mungkin terjadi di masa depan."

Hati Calvin trenyuh. Mamanya selalu memperhatikannya, sekali pun ia sedang sakit. Nyonya Lola memantau Calvin dari jauh, lewat artikel-artikelnya. Tubuhnya memang lumpuh. Namun ia masih bisa mengakses web media citizen journalism itu dengan tab.

Mulailah Calvin merawat cinta pertamanya. Ia telaten dan sabar merawat Nyonya Lola. Tak kalah piawainya dengan dua suster di luar pintu kamar ini. Calvin memandikan Nyonya Lola. Memakaikannya baju, memotong kukunya, menyisir rambut Nyonya Lola, menyuapi, membantu minum obat, dan membersihkan seprai, selimut, serta tempat tidur. Ada saja rintangan kecil yang dihadapi, namun Calvin tetap lembut dan sabar.

"Muntah lagi? Sebentar, Ma. Efek kemo kemarin ya?" Calvin berujar lembut. Membersihkan sisa muntahan Nyonya Lola.

Jijik? Sama sekali tidak. Calvin tak pernah keberatan melakukannya. Ini sudah menjadi tugasnya. Menjadi anak yang baik dan ikhlas berbakti pada orang tua. Merawat cinta pertamanya. Sama seperti Nyonya Lola yang merawatnya saat ia sakit.

"Oh, ternyata baju Mama kotor juga. Calvin ganti ya?"

Hati-hati Calvin melepas pakaian Nyonya Lola. Dibukanya lemari besar di sudut kamar, mulai mencari pakaian bersih yang nyaman dipakai. Beberapa kali Nyonya Lola menolak baju-baju yang dipilihkan Calvin. Tak ingin mengenakan pakaian berwarna cerah. Nyonya Lola lebih suka berpakaian hitam. Calvin menuruti kemauan sang Mama. Orang sakit terkadang lebih sensitif. Butuh kesabaran ekstra untuk merawat orang sakit. Calvin mampu merawat Nyonya Lola dengan penuh kelembutan dan kesabaran.

Letih tak lagi ia rasakan. Tubuhnya sendiri yang tak bisa dikatakan sehat pun sama sekali bukan alasan untuk berhenti merawat Nyonya Lola. Dua tahun Nyonya Lola lumpuh total, Calvin tidak pernah lelah merawatnya. Tidak mengeluh sedikit pun.

"Calvin, maafkan Mama." Di luar dugaan, Nyonya Lola menangis. Air mata membasahi pakaiannya yang baru diganti.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Ma." kata Calvin menenangkan. Untuk kedua kalinya memeluk Nyonya Lola.

"Mama sudah tidak berguna. Mama hanya bisa menyusahkanmu..." Nyonya Lola terisak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun