Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Hati yang Rapuh

19 Oktober 2017   05:50 Diperbarui: 19 Oktober 2017   05:59 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Long time no see...terakhir kita ketemu empat belas tahun lalu, sehari setelah Fransisca meninggal." ungkapnya.

Ya, itu benar. Calvin tersenyum tipis mendengar nama almarhumah putrinya disebut-sebut. Tanpa terasa, empat belas tahun berlalu sejak kematian Fransisca. Jika ia masih hidup, kini umurnya 19 tahun.

"Luar biasa kamu, Calvin. Umur 45 tapi masih super ganteng kayak dulu. Apa sih rahasianya? Calisa pasti senang kalau ketemu kamu lagi sekarang. Oh iya, dia masih sendiri lho."

Calisa masih sendiri? Benarkah itu? Serasa tak percaya mendengarnya. Semestinya, mudah bagi Calisa untuk mencari pengganti dirinya. Berbeda dengan Calvin yang memutuskan tetap hidup sendiri setelah bercerai.

Banyak perubahan yang terjadi selama empat belas tahun terakhir. Trauma dengan meninggalnya Fransisca, Calvin mundur dari jabatannya sebagai business development manager. Sejak saat itu ia menjadi trader dan freelancer. Tak hanya itu. Kini Calvin Wan dikenal sebagai blogger tampan yang konsisten dengan target one day one article di sebuah media citizen journalism yang cukup ternama. Namanya makin dikenal banyak orang karena tulisan-tulisannya seputar ekonomi, bisnis, politik, dan humaniora. Pemikirannya yang brilian ia tuangkan dalam tulisan. Konsisten menulis membuat Calvin berhubungan baik dengan sesama blogger lainnya. Namun mereka tak pernah tahu jika blogger yang mereka kagumi itu, menulis demi melupakan kesedihan. Demi melupakan kesedihan pula, Calvin mengubah rumah kenangannya yang dulu ia tempati bersama Calisa dan Fransisca menjadi rumah singgah khusus anak pengidap kanker. Rumah Cinta, itulah namanya. Calvin mengelola Rumah Cinta dan merawat anak-anak penderita kanker itu dengan penuh kasih sayang. Sama seperti Fransisca, anak-anak angkatnya memanggil Calvin dengan sebutan 'Ayah'. Apa pun Calvin lakukan untuk bangkit dari kesedihannya. Meski demikian, ia selalu mengingat dan mendoakan Fransisca.

Hanya satu hal yang tak pernah berubah selama empat belas tahun terakhir: Calvin selalu demam dan sakit tiap tanggal 9 Desember. Tepat di hari ulang tahunnya, sekaligus hari kematian Fransisca. Itulah yang tak pernah berubah. Begitu berat tekanan psikologis yang dihadapi Calvin sampai-sampai ia harus sakit pada tanggal yang sama tiap tahunnya.

Tiba di ruangan, dokter pribadinya menyambut dengan senyuman hangat. Ramah menanyakan keadaannya. Memuji tulisan terbarunya. Hari ini, Calvin menulis tentang kemajuan teknologi dan tekanan di dunia kerja.

"Tadi Calisa juga hubungi saya via WA. Dia share tulisanmu, saya baca dan ternyata memang bagus ulasannya." kata sang dokter antusias.

"Calisa?" ulang Calvin setengah tak percaya.

"Iya, Calisa. Mantan istrimu. Dia selalu memperhatikanmu dari jauh, Calvin. Selalu..."

Hati Calvin kembali resah. Mengapa hari ini ia mendengar nama Calisa disebut lebih dari satu kali? Mengapa pula banyak fakta tentang Calisa yang ia dapatkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun