Dear Nona Sofia,
Mungkin aku salah. Belum terlambatkah untuk mengucap kata maaf? Maafkan aku, Nona. Aku tidak bermaksud membuat Nona marah atau tersinggung. Tapi aku benar-benar menginginkan Nona untuk membuka hati. Nona Sofia harus move on.
Nona, ini adalah surat terakhirku. Sekarang Nona tak perlu terganggu lagi dengan surat-suratku. Nona Sofia wanita cantik dan kuat di mataku. Aku selalu mendoakan kebahagiaan Nona.
Boleh saja Nona Sofia tak mempercayaiku. Apa pun anggapan Nona Sofia terhadap diriku, akan kuterima. Satu hal yang pasti: aku mencintai Nona Sofia dengan hatiku. Aku peduli dengan Nona Sofia. Aku memahami perasaan Nona Sofia. Saat Nona sedih, takut, dan bahagia, aku bisa merasakannya.
Suatu saat nanti, Nona akan menemukan kebahagiaan sejati. Wanita secantik dan sebaik Nona pantas bahagia. Kebahagiaan Nona adalah kebahagiaanku juga. Seseorang yang tulus mencintai kita akan ikut bahagia jika ia bahagia, meski tidak bersama kita.
Ingatlah, Nona. Nona tidak sendirian. Banyak yang mencintai Nona. Termasuk penyanyi cafe yang setiap hari menulis surat untuk Nona.
Have a nice day, my lovely Sofia.
Dari seorang penyanyi cafe yang mencintaimu,
Calvin Wan
Surat terakhir? Hati Sofia trenyuh membacanya. Itu artinya, ia takkan pernah lagi menerima surat dari Calvin. Apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah Calvin lelah karena Sofia tak pernah membalas surat-suratnya? Bagaimana mau membalas, bukankah tak pernah tertera alamat dalam setiap suratnya?
Alamat? Tetiba saja Sofia membalik amplop surat. Matanya melebar tak percaya. Di bagian belakang amplop surat, tertera sebuah alamat. Nama sebuah cafe berikut alamatnya.